Rabu, 01 September 2021

Tipe ekosistem lokasi penangkapan ikan sepatung (Pristolepis grootii)

 Abstrak

Ikan sepatung (Pristolepis grootii), salah satu jenis ikan asli Indonesia. Masyarakat umumnya memanfaatkan ikan ini sebagai ikan konsumsi. Ikan ini berpotensi dikembangkan sebagai komoditi akuakultur. Selain memiliki harga jual yang tinggi, ikan ini juga berpeluang dijadikan ikan hias. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tipe habitat ditemukan ikan sepatung di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penyusunan manuskrip ini adalah dengan penelusuran berbagai sumber informasi yang dapat diakses secara online. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelusuran, tipe ekosistem ikan sepatung adalah perairan tawar sungai, rawa dan danau.

teks lengkap: https://jurnal.um-palembang.ac.id/fiseries/article/view/2544

Pustaka:

Muslim, M., & Ma'ruf, I. (2020). Tipe ekosistem lokasi penangkapan ikan sepatung 

(Pristolepis grootii). Fiseries8(1), 29-34.


Water quality of fishing location of sepatung fish (Pristolepis grootii) at kelekar river, ogan ilir regency of south sumatera

 Abstract

This study aims to determine the parameters of water quality at the fishing locations of the sepatung fish (Pristolepis grootii). Water quality is very influenced by environmental conditions. Kelekar River is one of the rivers located in the area of the flooded swamp area. The water quality characteristics of this river are very influenced by the condition of the surrounding swamps. Based on water acidity (pH) parameters, the quality of river water tends to be acidic, but the sepatung fish (P grootii) can live, grow and develop in this habitat. Water quality in natural waters habitats h can be used as a reference in the maintenance of fish in aquaculture media.

Teks lengkap: http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JPBP/article/view/3448

Pustaka:

Muslim, M. (2020). Water quality of fishing location of sepatung fish (Pristolepis grootii) at kelekar river, ogan ilir regency of south sumatera. AQUASAINS8(2), 809-814.

Keragaman spesies ikan sepatung (Genus Pristolepis), spesies yang ada di Indonesia, habitat dan daerah penyebarannya

Ringkasan:

The diversity of flora and fauna species in Indonesia is very high, including the diversity of fish species. Indonesian waters include fresh, brackish and sea. Indonesian freshwater has a high diversity of fish species. One group of fish inhabiting Indonesian freshwater is Genus of Pristolepis. Species that have been identified from this genus consist of eight species, namely Pristolepis grootii, Pristolepis fasciata, Pristolepis malabarica, Pristolepis marginata, Pristolepis pentacantha, Pristolepis pauciradiatus, Pristolepis procerus, Pristolepis rubripinnis. Of the eight species found in Indonesia there are two species, namely Pristolepis grootii and Pristolepis fasciata. The habitat and distribution of the two species are the rivers, oxbow lakes, estuarines, swamp and floodplain on the islands of Sumatra and Kalimantan.Pustaka:

Muslim, M. (2019). Keragaman spesies ikan sepatung (Genus Pristolepis), spesies yang ada di Indonesia, habitat dan daerah penyebarannya. Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan12(2).

Adaptasi ikan sepatung (Pristolepis grootii) dalam wadah budidaya

Ringkasan:

Ikan sepatung (Pristolepis grootii) merupakan salah satu jenis ikan native perairan Indonesia. Nama ikan ini secara internasionaldikenal dengan sebutan Indonesian leaf fish. Hal ini sebagai bukti secara internasional jenis ikan ini diakui berasal dari Indonesia. Di Indonesia, ikan sepatung terdapat di perairan umum Pulau Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera, ikan ini ditemukan di Sumatera Selatan, Riau, dan Jambi. Di Sumatera Selatan ikan ini dimanfaatkan masyarakat sebagai ikan konsumsi dan juga sebagai ikan hias. Produksi ikan ini masih mengandalkan hasil penangkapan nelayan dari perairan umum sungai dan rawa. Hasil tangkapan nelayan semakin menurun sedangkan pembudidayaan ikan sepatung belum dilakukan. Oleh karena itu, untuk menjaga kelestarian spesies ikan ini dan juga untuk meningkatkan produksinya, ikan sepatung perlu dibudidayakan. Sebagai langkah awal untuk pembudidayaan ikan sepatung perlu pengadaptasian ikan sepatung yang berasal dari alam liar ke dalam wadah budidaya.

Teks lengkap:https://repository.unsri.ac.id/23114/1/Adaptasi_ikan_sepatung.pdf

Pustaka:

Muslim, M., Zairin Jr, M., Suprayudi, M. A., Alimuddin, A., Boediono, A., & Diatin, I. (2019). Adaptasi ikan sepatung (Pristolepis grootii) dalam wadah budidaya. Uwais Inspirasi Indonesia. Purwokerto.

Mengenal ikan sepatung (Pristolepis grootii), spesies asli Indonesia kandidat komoditi akuakultur

 Abstrak

Ikan sepatung (Pristolepisgrootii), merupakan salah satu jenis ikan endogenous Indonesia. Ikan ini native di perairan umum air tawar di pulau Sumatera dan Kalimantan. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui aspek bioekologi, harga, produk olahan ikan sepatung dan menyebarluaskan informasi yang terkait dengan ikan sepatung. Metode pengumpulan data melalui survey, pengamatan laboratorium dan studi literatur. Data yang dikumpulkan terdiri data primer dan data sekunder. Dari hasil pengamatan dan analisa, ikan sepatung berkerabat dengan ikan betok (Anabas testudineus), ikan gurami (Osphronemusgoramy), ikan tembakang (Helostoma temminckii). Nama lokalnya beragam, nama nasional ikan sepatung dan nama internasionalnyaIndonesian leaf fish. Habitat hidup ikan sepatung di air tawar. Ikan ini termasuk jenis ikan omnivore, bersifat euryphagic. Perbedaan morfologi ikan jantan dan betina tidak jelas, dimorfisme seksual tidak tampak. Sex ratio ikan sepatung di alam bebas dalam kondisi seimbang. Ikan sepatungmemijah pada awal musim penghujan. Ikan ini dapat diolah menjadi berbagai menu masakan, dan dapat diawetkan dengan penggaraman, pengasapan dan fermentasi. Ikan sepatung memiliki keunggulan biologi dan bernilai ekonomi, sehingga layak menjadi kandidat komoditi budidaya perikanan.


Artikel lengkap klik link ini: http://jbdp.unbari.ac.id/index.php/AKUAKULTUR/article/view/52

Pustaka:

Muslim, M., Sahusilawane, H. A., Heltonika, B., Rifai, R., Wardhani, W. W., & Harianto, E. (2019). Mengenal ikan sepatung (Pristolepisgrootii), spesies asli Indonesia kandidatkomoditi akuakultur. Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau4(2), 40-45.

Variasi Warna, Morfologi dan Karakterisitk Habitat Lokasi Penangkapan Ikan Sepatung (Pristolepis)

 ABSTRAK

Indonesia memiliki sumberdaya ikan sangat beragam yang dapat dikembangkan menjadi komoditi budidaya perikanan. Salah satu jenis ikan yang layak untuk dikembangkan adalah ikan sepatung (Pristolepis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi warna, morfologi dan karakteristik habitat ikan sepatung. Metode pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap ikan tradisonal berupa jaring insang, pancing, bubu dan empang. Hasil sampling ditemukan 5 jenis ikan sepatung (Pristolepis) dengan fenotif berbeda. Warna tubuh: coklat-kuning, coklat kehitaman, hitam kekuningan, dan hitam. Jumlah jari-jari pada sirip: punggung (D.XII-XIV. 14-16), ekor (C.20-21), anal (A. III.8-9). Habitat:sungai utama, anak sungai, rawa banjiran, rawa gambut. Air: berarus-tidak berarus. Dasar perairan: berlumpur, berpasir, bergambut.  Kualitas air: suhu (25-31 oC), oksigen terlarut (1,36-6,46  mg/L), ammonia (0,000-0,214  mg/L), alkalinitas (4-63 mg/L).

Artikel lengkap klik link berikut:

http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JR/article/view/2878


Pustaka:

Muslim, M. 2021. Variasi warna, morfologi dan karakterisitk habitat lokasi penangkapan ikan sepatung (Pristolepis). Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan, 9(2): 34-38.


Senin, 30 Agustus 2021

Ikan Bentulu (Barbichthys laevis)

Secara taksonomi, ikan bentulu termasuk Phylum Chordata, Kelas Teleostei, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus Barbichthys,  Spesies Barbichthys laevis. Bentuk tubuh ikan panjang dan berbentuk kubus. Tubuh berwarna purih perak. Seluruh tubuh kecuali bagia kepala ditutupi sisik. Ikan ini memiliki sirip punggung, sirip perut, sirip dada, sirip anal, dan sirip ekor. Ekor berbentuk cagak. Bagian ujung semua sirip berwarna hitam dan sedikit merah. Ukuran ikan ini kecil-sedang. Ikan ini memiliki kemampuan melompat yang cukup tinggi.  Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan air tawar. Habitat utama yani di sungai dan rawa-rawa yang terhubung dengan sungai. Ikan ini ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera ikan ini ditemukan di Riau, Jambi, Lampung dan Sumatera Selatan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan ini menggunakan alat jarring, bubu dan tangkul (alat tangkap angkat). Ikan ini sangat tinggi lompatannya untuk keluar dari tangkul.  Bentuk tubuh dan warna ikan ini sangat menarik, cocok dijadikan ikan hias. Namun akuarium pemeliharaan ikan ini harus memiliki tutup, karena ikan ini jika baru dipelihara dalam akuarium sering melompat keluar akuarium. Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp. 5.000-10.000 per kg.  Penelitian dasar mengenai ikan ini masih sangat minim. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi ikan hias.  

Pustaka:

 

Selasa, 24 Agustus 2021

Ikan Miyong (Parachela oxygastroides)

Ikan Miyong (Parachela oxygastroides) merupakan salah satu jenis ikan perairan tawar umum Indonesia. Ikan ini banyak ditemukan di Sumatera Selatan. Ukuran ikan miyong kecil. Bentuk tubuh pipih dan tipis. Bentuk badan pipih dan tipis. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Ikan miyong ini, termasuk ikan berukuran kecil. Ikan ini memiliki sisik. Gurat sisi/linealateralis ikan ini sangat jelas berwarna kuning. Ikan miyong dijadikan ikan konsumsi oleh masyarakat Sumatera Selatan. Menu masakan ikan miyong yang paling popular yakni ikan miyong goreng. Selain dimasak dalam bentuk segar, ikan miyong sering diawetkan menjadi ikan asin dan ikan asap (salai). Ikan ini bernilai ekonomi tinggi, dengan harga jual ikan segar berkisar 40-50 ribu/kg. Ikan miyong salai mencapai 80 ribu/kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.
 

Ikan Dukang (Bagroides melapterus)


Secara taksonomi, ikan dukang atau disebut juga ikan baung pisang termasuk Phylum Chordata, Kelas Teleostei, Ordo Siluformes, Family Bagridae, Genus Bagroides, Spesies Bagroides melapterus. Bentuk badan ikan memanjang dan melebar. Tubuh berwarna kuning dan hitam. Tidak memiliki sisik. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Pada sirip punggung dan sirip dada berkembang juri keras menjadi patil. Pada punggung bagian belakang terdapat sirip lemak (adipose fin). Ukuran ikan ini dapat mencapai 500 gram per ekor. Habitat ikan ini di sungai. Mulut ikan ini sangat kecil, tidak seperti ikan baung (kerabatnya). Duri patilnya sangat tajam dan bergerigi. Ikan ini lendirnya sangat tebal, jika membersihkan ikan ini lendir tebal berwarna kuning sangat nampak jelas. Lendir ikan dukung ini dapat dimanfaatkan untuk mengobati luka. Masyarakat Desa Muara Kamal, Kecamatan Pemulutan Barat Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, sudah lama menggunakan lendir ikan dukung ini sebagai obat luka. Luka yang dioles dengan lendir ikan ini akan terasa pedih sama sperti diberi obat luka/betadin. Khasiat lendir ikan Dukang untuk mengobati luka sudah terbukti. Hal ini mungkin secara ilmiah, lender ikan dukung mengandung bahan antibakteri. Karena fungsi lendir pada ikan-ikan yang tidak memiliki sisik seperti ikan dukang ini adalah sebagai pelindung ikan dari serangan parasit.
 

Senin, 28 Juni 2021

Secara taksonomi, ikan kepras termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus Cyclocheilichtys,  Spesies Cyclocheilichtys apogon. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Ikan ini memiliki sisik. Bentuk ekor cagak. Warna tubuh putih perak, kemerah-merahkan. Pada bagian ujung sirip-sirip berwarna merah dan hitam. Ikan ini hidup di sungai-sungai dan rawa banjiran yang terhubung sungai. Penyebaran ikan ini meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera, ikan ini ditemukan di Sumatera Selatan, Jambi, Riau dan Lampung. Di Sumatera Selatan, ikan ini ditemukan di DAS Musi Bagian Tengah seperti di rawa banjiran dan Sungai Penukal serta  Sungai Abab di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, rawa banjiran dan  Danau Cala di Kabupaten Musi Banyuasin, rawa banjiran dan anak anak sungai Musi di Kecamatan Lais Musi Banyuasin dan Kecamatan Rantau Bayur di Kabupaten Banyuasin, Lebak lebung di Kecamatan Sungai Rotan Kabupaten Muara Enim. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. ikan ini potensial dijadikan sebagai ikan hias. Warna sirip merah, sisik silver dan bentuk tubuh yang menarik dijadkan ikan peliharaan dalam akuarium.

 

Jumat, 02 April 2021

Ikan Serandang

Ikan serandang, salah satu jenis ikan dari kelompok ikan gabus (Channa) yang banyak ditemukan di Sumatera Selatan. Ikan serandang dikonsumsi masyarakat sebagai lauk pauk baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan. Saat ini, ikan serandang sudah bertambah fungsi dan kegunaan, yakni sebagai ikan hias yang cukup populer dan berharga cukup tinggi. Di kalangan penghobi ikan hias predator, khususnya ikan hias kelompok Channa, ikan serandang dikenal dengan sebutan ikan pleuro. Nama tersebut diambil dari nama ilmiah spesies ini Channa pleurothamus. Daya tarik ikan serandang sebagai ikan hias terletak pada motif batik pada sisik di badannya, mata berwarna kuning, dan juga tingkah lakunya yang damai namun agresif dalam memangsa pakan yang diberikan. 
 

Selasa, 23 Maret 2021

Ikan Bentulu


Secara taksonomi, ikan bentulu termasuk Phylum Chordata, Kelas Teleostei, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus Barbichthys,  Spesies Barbichthys laevis. Bentuk tubuh ikan panjang dan berbentuk kubus. Tubuh berwarna purih perak. Seluruh tubuh kecuali bagia kepala ditutupi sisik. Ikan ini memiliki sirip punggung, sirip perut, sirip dada, sirip anal, dan sirip ekor. Ekor berbentuk cagak. Bagian ujung semua sirip berwarna hitam dan sedikit merah. Ukuran ikan ini kecil-sedang. Ikan ini memiliki kemampuan melompat yang cukup tinggi.  Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan air tawar. Habitat utama yani di sungai dan rawa-rawa yang terhubung dengan sungai. Ikan ini ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera ikan ini ditemukan di Riau, Jambi, Lampung dan Sumatera Selatan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan ini menggunakan alat jarring, bubu dan tangkul (alat tangkap angkat). Ikan ini sangat tinggi lompatannya untuk keluar dari tangkul.  Bentuk tubuh dan warna ikan ini sangat menarik, cocok dijadikan ikan hias. Namun akuarium pemeliharaan ikan ini harus memiliki tutup, karena ikan ini jika baru dipelihara dalam akuarium sering melompat keluar akuarium. Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp. 5.000-10.000 per kg.  Penelitian dasar mengenai ikan ini masih sangat minim. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi ikan hias.  

Pustaka:

Ikan Lampam

Ikan Lampam

Ikan lampam memiliki sirip dada dan sirip perut berpasangan, satu sirip punggung, sirip anal dan sirip ekor. Tubuh berwarna putih keperak-perakan, seluruh tubuh diselimuti sisik. Warna sirip merah dan hitam. 
Habitat ikan lampam  adalah sungai, danau dan rawa. Perairan yang ada arus air sangat disukai ikan ini.  Penyebaran ikan lampan meliputi pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ikan lampan termasuk jenis ikan omnivora. Pakan berupa tumbuhan air, lumut, ganggang air, jentik nyamuk, serangga, cacing dimakan ikan ini. Memancing ikan lampam dengan umpan cacing tanah sangat cocok. Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan lampam dapat menggunakan beberapa alat tangkap seperti pancing, jaring, brumbun (perangkap), empang dan pengilarIkan lampam dapat diolah menjadi berbagai menu masakan antara lain ikan lampam goreng dan ikan lampam bakar. Selain dikonsumsi segar, ikan lampam juga dapat diawetkan menjadi ikan asin, asap, dan pekasamIkan lampam selain dijadikan ikan konsumsi sebai lauk pauk, ikan ini juga bisa dijadikan sebagai ikan hias dipajang dalam akuarium. Harga ikan lampam konsumsi berkisar Rp. 15.000-20.000 per kg. Penelitian aspek biologi ikan ini sudah banyak. Penelitian aspek pembenihan dan pembesaran ikan ini juga sudah mulai dilakukan. Ikan ini memiliki prospek dikembangkan menjadi komoditi budidaya. Selain memiliki harga yang cukup tinggi, konsumen ikan ini juga banyak. Ikan ini dapat juga dijadikan sebagai ikan hias.




Pustaka:

 

Minggu, 14 Maret 2021

Seluang Bening/Serit Gunting (Rasbora sp)

Ikan seluang bening atau dalam perdagangan ikan hias dikenal dengan nama serit gunting. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan seluang (Rasbora sp) yang hidup di perairan umum native Indonesia. Ikan pada gambar di samping saya temukan di perairan rawa banjiran Sungai Kelakar. Desa Tanjung Baru, Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.  Jenis ikan seluang ini berukuran lebih kecil dibandingkan beberapa jenis ikan seluang lainnya. Panjang ikan yang saya temukan ini berkisar 5-8 cm. Kenapa dinamakan ikan seluang bening, karena tubuh ikan ni lebh bening walaupun ada sisik tapi kelihatannya tetap lebih bening. Ikan ini sudah banyak diperjualbelikan sebagai ikan hias, baik pasar domestik maupun internasional. Para kolektor ikan hias mengenal ikan ini dengan nama serit gunting, karena bentuk ekornya menyerupai gunting. Sirip ekor ikan seluang ini berwarna kuning di ujung sirip berwarna hitam. dan di tengah sirip ekor juga berwana hitam. Sirip punggung, sirip dada dan  sirip anus juga berwarna kuning. Ikan seluang ini dilokasi saya menemukannya dimanfaatkan sebagaai ikan umpan untuk menangkap ikan gabus menggunakan alat tangkap tajur. Ikan ini perlu dikembangkan sebagai ikan budidaya karena saat ini sudah diperjualbelikan sebagai  ikan hias.  Di pasar ikan hias Bogor dan Jakarta sudah banyak ikan ini diperjualbelikan. Informasi dari pedagang ikan hias, ikan yang mereka diperdagangkan di pasar tersebut berasal dari Sumatera. Salah satu daerah penghasil ikan ini adalah SUmatera Selatan, khususnya Kabupaten Ogan Ilir.
 

Jumat, 15 Januari 2021

Ikan tempale (Trichopsis vittatus)

Ikan  ini  termasuk dalam kelas Actinopterygii, Ordo Anabantiformes, Famili Osphronemidae, Genus Trichopsis, Spesies Trichopsis  vittata. Ikan ini sekerabat dengan kelompok ikan gurami. Nama internasionalnya croaking gourami. Ikan pada gambar disamping saya temukan di perairan rawa gambut di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Ikan ini memiliki sirip punggung, sirip anus dan sirip ekor yang panjang. Bentuk badan agak membungkuk. Bentuk kepala melancip. Tipe mulut terminal. Memiliki tutup insang. Bentuk mata bulat. Warna badan bermacam-macam, ada yang biru kehijauan, merah kebiruan, agak dominan coklat cerah. Pada bagian perut berwarna putih. Ukuran panjang total ikan dewasa 4-5 cm. Ikan pada gambar di samping berjenis kelamin jantan. Habitat ikan ini di perairan rawa dengan kadar oksigen terlarut rendah (< 5 mg/L), keasaman air rendah (asam) (< 6 unit pH), kedalaman air < 1 meter, air tenang dan rimbun dengan pohon dan rerumputan yang hidup di rawa. Ikan banyak ditemukan di tepi perairan. Beberapa ikan dapat dipelihara dalam satu akuarium.  Ikan ini berpotensi dijadikan sebagai komoditi ikan hias air tawar.  

 

Rabu, 06 Januari 2021

Udang Gambut

Lahan gambut yang ada dalam foto disebelah adalah lahan gambut yang terdapat di Kabupaten Ogan Ilir. Lahan gambut memliki sumberdaya perairan yang cukup banyak. Selain ikan, hewan air lainnya yang ditemukan di lahan gambut adalah jenis udang udangan, siput/ keong, reptilia, dan lain-lain. Salah satu jenis udang yang saya temukan dilahan gambut, tepatnya lokasi lahan gambut tempat saya memperoleh udang ini adalah di Jl. gang Lampung 1, kel. Timbangan, kec. Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Prosinsi Sumatera Selatan. Saya menangkap udang ini menggunakan alat tangkap perangkap ikan menyerupai payung. alat ini banyak diperjualbelikan secara online. Udang yang saya peroleh berukuran kecil, tidak lebih dari 3 cm. udang ini sudah termasuk ukuran dewasa, karena udang sudang mengandung telur. Udang ini dimasarakat sekitar menyebutnya udang gambut, karena ditemukan dilahan rawa gambut. Udang ini dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ikan karnivoras sepert ikan lohan dan ikan arwana. bagi pemilik ikan arwana dan louhan tidak asing lagi dengan udang ini. Mereka membeli dari masyarakat yang tinggal di tepi rawa. Msyarakat mengumulkan udang ini jika ada permintaan dari pemelihara ikan hias atau penjual ikan hias. keanekaragam jenis plasma nutfah ini perlu dilesatikan. Penelitian ilmiah mengenai udang ini sangat diperlukan. Upaya domestikasi dan pembudidayaannya juga perlu dikembangkan, karena udang ini memiliki nilai ekonomi sebagai pakan ikan hias karnivora. Jika eksploitasi dialam semakin meningkat dapat menyebabkan kepunahan. Oleh karena itu sebelum udang ini punah sebaiknya segera dilakukan domestikasi dan dikembangkan pembudidayaannya. 

Ikan Cupang Gabus (Betta chanoides)

Ikan cupang lokal yang satu ini secara sepintas mirip dengan ikan gabus yang berukuran kecil, makanya disebut ikan cupang gabus. Secara taksonomi ikan ini termasuk dalam filum chordata, subfilum vertebrata, kelas actinopterygi, ordo perciformes. famili osphronemidae, genus beta, spesies Betta chanoides. Chanoides disematkan dalam nama ilmiah spesies ini karena ada kemiripan dengan kelompok ikan gabus (Chanidae). Ikan cupang ini saya termukan di perairan rawa banjiran Sungai Kelekar di Desa Tanjung Baru, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Ikan yang ditemukan berukuran panjang total 3-4 cm. Ikan jantan dan betina belum bisa dibedakan secara morfolgi karena tidak memiliki ciri spesifik. Ciri morfologi ikan terutama pada bagian kepala agak mirip dengan kepala ikan gabus  (Channa striata). Sirip-sirip ikan ini terdiri dari sirip punggung, dada, perut, anal dan ekor. Bentuk sirip-sirip pada ikan ini tidak seperti bentuk sirip-sirip pada ikan cupang hias yang sudah banyak dibudidayakan. Pada bagian mata ada lingkaran kuning. Ikan ini saya peroleh dengan penangkapan menggunakan alat tangkap tradisional yakni "tangguk". Di lokasi penangkapan ikan ini tidak memiliki harga ekonomi, tidak juga dimanfaatkan masyarakat. Ikan cupang jenis ini belum didomestikakan. Dialam liar populasinya juga sudah sedkit. Penelitian ilmiah mengenai ikan ini masih sangat diperlukan. Ikan ini merupakan salah satu sumberdaya genetik. yang dapat dimanfaatkan untuk persilangan (krosbreding) dengan ikan cupang lain sehingga dapat menghasilkan ikan cupang strain baru. Penangkaran dan domestikasi ikan ini sangat diperlukan. 



Potensi Budidaya Ikan Lokal