Rabu, 14 Desember 2022


 

Ikan Lambak (Labiobarbus ocellatus)

Secara taksonomi, ikan lambak termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus Labiobarbus,  Spesies Labiobarbus ocellatus. Bentuk badan memanjang. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Sirip pung terdiri dari bagian depan dan bagian belakang. Sirip punggung bagian belakang sampai ke pangkal ekor. Jari-jari semua sirip tidak memiliki jari-jari keras. Ikan ini memiliki sisik. Warna tubuh putih perak menyala Habitat ikan ini di sungai-sungai dan juga rawa banjiran. Penyebaran ikan ini di Indonesia meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan (herbivora). Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan lambak menggunakan beberapa alat tangkap tradisional seperti jaring, bubu, tangkul, empang dan sebagainya. Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Harga ikan lambak segar untuk dikonsumsi berkisar Rp. 25.00-40.000 per kg. Untuk ikan lambak hias, harganya Rp. 5.000 per ekor.  Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Sumber:

 

Senin, 07 November 2022

Dukang fish (Bagroides melapterus) mucus as a traditional medicine for the community of the Pegagan Ilir ethnic, Ogan Ilir Regency, South Sumatra Province, Indonesia

Abstract 
Some fish have scaly bodies and some do not. Scales on fish serve to protect the fish from parasitic infections. The fishes without scales and mucus serve to protect fish from parasitic infections. The fish mucus is antibacterial. The dukang fish (Bagroides melapterus) is one of the endemic species of Indonesia. This species has no scales. The dukang fish produce more mucus than some other freshwater species. The use of dukang fish mucus as a wound medicine has long been carried out by the Pegagan Ilir ethnic. This article reviews the use of dukang fish by the Pegagan Ilir ethnic as a traditional medicine for wound healing and its bio-ecology and economy. 

 Full article dapat diakses pada link berikut:

 

Minggu, 06 November 2022

Ikan Ambut

 Ikan ambut termasuk salah satu jenis ikan family Cyprinidae. Ikan ini diperoleh dari Sungai Kelekar Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. 

 

Sabtu, 03 September 2022

Botia (Chromobotia macracanthus)


Secara taksonomi, ikan botia termasuk Phylum Chordata, Kelas Osteichthyes, Ordo Teleostei, Family Cobitidae, Genus Chromobatia,  Spesies Chromobatia macracanthus.. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Warna tubuh kuning dan hitam. Ikan ini tidak memiliki sisik. Bentuk mulut lancip. Warna tubuh kuning dan hitam. Pada bagian mulut terdapat sungut pendek. Ikan botia adalah salah satu jenis ikan hias air tawar endemik Indonesia. Penyebaran ikan ini di Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan botia di alam, menggunakan alat khusus yang disebut "berumbung". Ikan ini hanya dapat ditangkap pada musim-musim tertentu. Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Ikan botia memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai ikan hias ekspor. Perdagangan ikan hias ini sudah lama berlangsung. Peredaran ikan hias asli Indonesia ini sampai ke benua Amerika, Eropa, Australia dan Asia Timur.  Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan ini juga sangat penting dilakukan. 

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.

Balashark (Balantiocheilos melanopterus)

Secara taksonomi, ikan punting anyut termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus Balantiocheilos,  Spesies Balantiocheilos melanopterus. Bentuk badan lebar dan panjang. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Semua sirip berwarna kuning dan hitam pada tepinya. Ikan ini memiliki sirip. Warna tubuh perak. Habitat ikan ini sungai. Penyebarannya di Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera meliputi Sumatera Selatan, Jambi dan Riau. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora), Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Alat tangkap ikan ini umumnya menggunakan pancing, jaring, empang dan tangkul. Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya.Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp.5.000-10.000 per kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto. 

 

Ikan Labeo (Labeobarbus sp)

Secara taksonomi, ikan lini termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus Labiobarbus,  Spesies Labiobarbus sp. Bentuk badan memanjang. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Sirip pung terdiri dari bagian depan dan bagian belakang. Sirip punggung bagian belakang sampai ke pangkal ekor. Jari-jari semua sirip tidak memiliki jari-jari keras. Ikan ini memiliki sisik. Warna tubuh putih perak menyala. Habitat ikan ini di sungai-sungai dan juga rawa banjiran. Penyebaran ikan ini di Indonesia meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan (herbivora). Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur.  Penangkapan ikan lambak menggunakan beberapa alat tangkap tradisional seperti jaring, bubu, tangkul, empang dan sebagainya. Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Seluang kuring (Rasbora sp)

Secara taksonomi, ikan seluang kuning termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Cyprinidae, Genus Rasbora,  Spesies Rasbora spBentuk badan kecil. Ikan seluang terdiri dari spesies. Secara morfologi ikan seluang memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Bentuk masing-masing sirip pada spesies yang berbeda hamper sama. Pola warna ada beberapa spesies berbeda. Habitat hidup ikan ini di sungai-sungai yang terhubung rawa banjiran. Ikan ini ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Ikan seluang memakan berbgai jenis makanan baik berupa tumbuhan seperti dedak padi maupun hewan seperti cacing, sehingga dapat dikategorikan ikan seluang sebagai ikan omnivora. Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Alat tangkap tradisional yang digunakan untuk menangkap ikan ini adalah "tangkul". Biasanya nelayan memberi umpan berupa dedak halus untuk menangkap ikan ini. Beberapa jenis ikan seluang berpotensi dijadikan ikan hias, karena memiliki warna yang menarik dan ikan ini juga ramah hidup besama dalam akuarium, serta mudah beradaptasi dengan pakan buatan (pellet). Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp. 25.000-40.000 per kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Pustaka:
 

Sihitam (Labeo chrysophekadion)

Secara taksonomi, ikan sihitam termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii,  Ordo Perciformes, Family Cyprinidae, Genus Labeo,  Spesies Labeo chrysophekadion. Bentuk badan panjang dan lebar. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor.  Ikan sihitam adalah nama lokal ikan ini. Secara nasional ikan ini disebut ikan si hitam. Nama ikan ini diambil dari warna tubuh ikan ini secara keseluruhan berwarna hitam. Ikan ini banyak ditemukan di DAS Musi bagian tengah.  Habitat ikan ini di sungai-sungai. Penyebarannya meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan (herbivora).  Ikan ini bereproduksi dengan cara bertelur.  Alat tangkap ikan ini umumnya menggunakan pancing, jaring, empang dan tangkul.  Ikan ini lebih populer sebagai ikan hias. Di kalangan penghobi ikan hias, ikan ini sangat digemari, karena selain warna tubuhnya yang unik, tingkah laku ikan ini dalam akurium damai, dengan bentuk sirip yang selalu mengembang saat berenang.  Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp. 5.000-10.000 per kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Jumat, 24 Juni 2022

PENGELOLAAN DAN ANALISA FINANSIAL PRODUKSI PEMBESARAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei

ABSTRAK

Teks lengkapUdang vaname Litopenaeus vannamei merupakan salah satu produk andalan ekspor Indonesia, dan Amerika Serikat merupakan negara terbesar yang mengimpor udang vaname dari Indonesia dengan jumlah 77.000 ton. Volume ekspor udang pada tahun 2015-2017 mengalami peningkatan, pada tahun 2015 sebanyak 124.000 ton, tahun 2016 sebanyak 131.000 ton, dan tahun 2017 sejumlah 138.000 ton, sementara permintaan udang dunia pada tahun 2018 tercatat mencapai 4.000.000 ton. Studi ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan dan analisa finansial kegiatan pembesaran udang vaname, sehingga diperoleh gambaran menyeluruh dalam rangka optimalisasi produksi yang sedang dijalankan. Metode studi yang digunakan adalah metode deskriptif dengan mengumpulkan data primer serta data sekunder. Dalam studi pembesaran udang vaname, proses pemeliharaan dimulai dari penebaran benur stadia post larva 8-10 di tambak pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan selama 90 hari dengan rata-rata padat tebar 168 ekor m-1 , survival rate (SR) rata-rata sebesar 95 % dan pertumbuhan harian sekitar 0,31 g hari-1 . Berdasarkan hasil studi, bahwa kegiatan pembesaran udang vaname selama satu tahun dapat mencapai 3 siklus, dan dalam satu tahun menghasilkan total panen sebesar 243.977,4 kg. Hasil analisa finansial dalam kegiatan pembesaran selama satu tahun, diperoleh keuntungan sejumlah Rp 6.651.731.962, RC-1 rasio 1,72, PP 4,9, HPP Rp 37.736, BEP produksi sebanyak 46.431 kg dan BEP rupiah sebesar Rp 4.964.246.351.

Minggu, 01 Mei 2022

Teknologi Pembenihan Abalon Haliotis squamata Untuk Meningkatkan Produksi Budidaya Secara Berkelanjutan

 

Abstract

Abalone has a specific taste, containing 71,99% protein; 3,2% lipid; 5,6% crude fiber; and 0,6% water. The selling price in the domestic market ranges from IDR 250.000-IDR 600.000 per kg depending on the size and in the international market it ranges from USD 22-USD 66 per kg depending on the quality and type. The hatchery activities begin with rearing broodstock until the gonads mature. It was placed in plastic crates with a density of 40-50 individuals/unit and fed with macroalgae. The parent which is ready to be spawned has developed gonad and covers the hepatopancreas organ over 50%, and carried out on a spawning container. Larvae rearing begins with a container that has been cultured with benthic diatom as the larvae feed. Abalone measuring 1-2 cm was harvested and transferred to seed maintenance containers. Seed maintenance was carried out for 2-3 months and produces abalone seeds ready for sale with a size of 3cm. Hatchery activities produce FR 60%, HR 85%, and SR 0,1-1%. Seed packaging was carried out using three stage, a net bag with a density of 75-100 individuals/bag, a plastic bag filled with 20 net bags/plastic sheet, and a styrofoam box filled with 1 plastic/box.


Budidaya Ikan Gurami Osphronemus gourami: Teknis Pembenihan dan Analisa Kelayakan Usaha

 Abstrak. 

Ikan gurami Osphronemus gouramy merupakan komoditas perikanan budidaya yang hidup di perairan tawar dan tergolong dalam perairan tenang. Kegiatan kajian teknis budidaya dilaksanakan di Unit Kerja Budidaya Air Tawar Sendangsari, Yogyakarta yang bertujuan untuk mengkaji secara teknis dan ekonomi kegiatan budidaya ikan gurami agar informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pembudidaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam pengelolaan budidaya ikan gurami. Kegiatan pembenihan menggunakan rasio pemijahan jantan dan betina 1:3 secara alami. Kegiatan pembenihan menghasilkan fekunditas (FR) 81.08%, derajat penetasan telur (HR) 90.02%, tingkat kelangsungan hidup (SR) larva 71.74%, dan SR benih 82%. Benih yang dijual berukuran 4-6 cm/ekor ke pembudidaya gurami di daerah sekitar Sendangsari, Yogyakarta.

Full text:http://jbdp.unbari.ac.id/index.php/AKUAKULTUR/article/view/121

Jumat, 22 April 2022

Pematangan gonad, pemijahan, penetasan telur dan perawatan larva ikan gabus (Channa striata)

 Abstrak

Ikan gabus (Channa striata) adalah salah satu jenis ikan perairan umum tawar dengan nilai ekonomi tinggi. Selain sebagai bahan pangan (konsumsi), ikan ini juga sebagai sumber albumin untuk industri farmasi. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri terhadap ikan ini masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Pembudidayaan ikan gabus di Indonesia belum ada karena belum tersedia paket teknologinya. Penelitian untuk membenihkan ikan gabus di Indonesia sudah mulai dilakukan. Pematangan gonad menggunaan hormon human chorionic gonadotropin dosis 300 internasional unit, menghasilkan gonadosomatic index sebesar 2,87-11,54%. Pemijahan semi alami dapat mempercepat waktu latensi, suhu inkubasi 28oC daya tetas telur sebesar 86,33%, padat tebar larva pada media pemeliharaan 2 ekor/L menghasilkan survival rate sebesar 63,83%.

full text: https://www.jurnal.unikal.ac.id/index.php/akuatika/article/view/732

Senin, 18 April 2022

DNA authentication of asian redtail catfish Hemibagrus nemurus from musi and penukal river, south sumatra indonesia

Abstrak

Asian Redtail Catfish (Hemibagrus nemurus) is highly economic important catfish in South Sumatra. Investigating DNA authentication is of importance for species conservation and breeding selection. Cytochrome C Oxidase subunit I is one of mitochondrial DNA markers used for species barcoding in freshwater, brackishwater and marine fish. This research aims to explore the use of COI gene for species barcoding, constructing phylogenetic tree of Asian Redtail Catfish (ARC). The methods used in the research consisted of DNA extraction, PCR (Polymerase Chain Reaction) amplification and sequencing mtDNA COI gene of ARC obtained from Musi and Penukal Rivers (South Sumatra). A 572 and 596 base pairs of partial coding sequences were obtained representing each river. Phylogenetic analyses indicated that ARC was at the same cluster from Bagridae family, and different cluster from others catfish, Pangasius sp and Oreochomis niloticus. Further study using more species of Bagridae and habitat are needed to investigate the diversity of DNA from South Sumatra water resources

full text: https://www.genaqua.org/uploads/pdf_7.pdf

Minggu, 17 April 2022

DNA barcodes and phylogenetic of striped snakehead and ocellated snakehead fish from South Sumatra, Indonesia.

Abstract.

This research aimed to identify the sequences of cytochrome c oxidase subunit I gene mitochondrial DNA (COI mtDNA), to construct a phylogenetic tree of striped snakehead (Channa striata) and ocellated snakehead (Channa pleuropthalma), and to measure water quality of Kelekar River, Indralaya, Ogan Ilir District and Danau Burung Besar River, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) District in South Sumatra, Indonesia. The research procedures consisted of DNA isolation, amplification by PCR (Polymerase Chain Reaction) and sequencing of fragment COI mtDNA. The length of nucleotide was 604 bp for striped snakehead and 587-604 bp for ocellated snakehead. Optimum annealing temperature was 500C for 15 seconds with 30 cycles. The result of BLAST analysis showed that striped snakehead from Kelekar and Danau Burung Besar River had 100% identity to striped snakehead from Java-Bali and furthest (97%) with striped snakehead from India. Ocellated snakehead had 100% similarity with the same species from Musi Banyuasin and Banjarmasin; and furthest (83%) with Channa limbata from Myanmar. Water quality in Kelekar River were temperature 31-31.6 0C, pH 4.76-4.96, dissolved oxygen 2.7-3.0 mg/L, ammonia <0.009 mg/L, total alkalinity 20 mg/L, and turbidity 62.5-63 cm. Meanwhile in Danau Burung Besar River showed temperature (29.3-30.7 0C), pH (3.6-6.7), dissolved oxygen (1.31-3.76 mg/L), ammonia (0.17-0.20 mg/L), and turbidity (50-90 cm).


Full text: https://www.smujo.id/biodiv/article/view/4950

Selasa, 22 Maret 2022

Perkembangan gonad ikan betok (Anabas testudineus) betina yang diinduksi ekstrak hipofisa sapi

 ABSTRAK

Ikan betok (Anabas testudineus) merupakan salah satu jenis ikan lokal Indonesia yang prospektif dibudidayakan. Ketersediaan induk yang matang gonad untuk usaha pembenihan masih menjadi kendala. Tujuan penelitian ini adalah memacu perkembangan gonad ikan betok (Anabas testudineus) betina. Metode penelitian mengggunakan rancangan acak lengkap, empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan dosis ektrak hipofisa yakni 0,0; 0,1; 0,3; 0,6 ml/kg. Penyuntikan ekstrak hipofisa secara intramuscular. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyuntikan ekstrak hipofisa sapi dosis 0.3 ml/kg, menghasilkan performance perkembangan gonad terbaik, dimana diameter telur sebesar 0,808 mm,  gonado somatik indeks sebesar 7,12%,  hepato somatik indeks sebesar 2,05%, dan fekunditas yang dihasilkan sebanyak 7898 butir telur. Parameter kualitas air selama pemeliharaan ikan berada dalam kisaran yang baik untuk perkembangan gonad ikan betok.

Full text

Sabtu, 12 Maret 2022

Length-weight relationship and environmental parameters of Indonesian leaffish (Pristolepis grootii, Bleeker 1852) in Kelekar river, South Sumatera, Indonesia

 Abstract

The Indonesian leafffish (Pristolepis grootii, Bleeker 1852) is one of the native Indonesian freshwater fish species. It’s have a high economic value. The habitat of the fish is rivers, lakes and swamps. The study of the length-weight relationship and environmental parameters an important and fundamental component of fisheries resource management. The purpose of this study was to analyze length-weight relationship of P. grootii and water quality of the fish habitat. A total of 164 samples were used in this study. The results showed that length-weight relationship of the P. grootii, the predictive model of the weight of the fish from the length of the fish is in the exponential form with the equation y = 0.0491x2.6363 (R2 = 0.9536: P < 0.01), with a coefficient of (a) 2.636 and a constant (b) of 0.049. The P. grootii weight gain was slower than the increase in length. Environmental parameters such as water temperature, dissolved oxygen, alkalinity, nitrate, and phospate are within acceptable limits. P. grootii are found in Kelekar river. The current study provided the first baseline data about length-weight relationship and environmental parameters of P grotii from the the Kelekar river, Ogan Ilir Regency, South Sumatra, Indonesia. The data obtained are very useful for the sustainable management of P grootii resources.

Kamis, 10 Maret 2022

Teknik pembenihan ikan patin siam Pangasius hypophthalmus Menggunakan hormon untuk menghasilkan benih berkualitas

ABSTRAK

Ikan  patin  siam Pangasius  hypophthalmus merupakan  salah  satu  komoditas  air  tawar yang mempunyai  nilai  ekonomi  tinggi  karena  dagingnya  memiliki  tekstur  yang  lembut dan citra rasa yang enak, sehingga diminati oleh banyak masyarakat di Indonesia. Ikan ini juga relative mudah dibudidayakan dan dapat dipelihara pada kondisi perairan dengan kadar  oksigen  terlarut  yang  rendah.    Dalam rangka  menjamin ketersediaan  induk  ikan patin   siam   yang   cukup   dan   berkualitas   baik,   diperlukan   penerapan   teknologi pengembangbiakan   ikan   dengan   memanfaatkan   stimulasi   eksternal   hormon   yang mengarah kepada efisiensi, efektivitas serta kepraktisan dalam penggunaannya.  Dalam studi  ini  digunakan  jenis  hormon  ovaprim untuk  merangsang  dan  memacu  hormone gonadothropin   pada   tubuh   ikan   sehingga   dapat   mempercepat   proses   ovulasi   dan pemijahan.  Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat fekunditas rata-rata yang diperoleh sebesar 87,38%, HR  rata-rata  mencapai 88,73%,dan  sintasan  benih  rata-rata  43,07%.Kajian  teknis  pembenihan  ikan  patin  siam ini  diharapkan dapat mendiseminasikan teknis  budidaya  ikan ini agar  informasi  yang diperoleh dapat  dijadikan  sebagai  bahan referensi  para  pelaku  usaha  budidaya  ikan patin  siam untuk dapat  mengelola  usahanya secara praktis, ekonomis dan berkelanjutan


Full Text klik disini:

Rabu, 02 Maret 2022

Jenis-Jenis Ikan Indonesia yang Kritis dan Terancam Punah

 ABSTRACT

Indonesia has a high diversity of fish species. Some fish species are critical and endangered. Information on Indonesian native and endemic fish species needs to be disseminated to the public. Such information is available in various sources and is generally in a foreign language. Therefore, the purpose of this research is to inventory and distribute information about several species of fish native to Indonesian public waters that need special attention because they are endangered and critically endangered. Species of fish, especially species that have been critically endangered, do not rule out turning into extinct in the wild (extinct in the wild). The decline in the status of the above from vulnerable (vulnerable) to endangered (endangered) and critical (critically endangered) or even become extinct in the wild (extinct in the wild) caused by various factors, including the existence of fisheries activities that tend to exploit natural resources without offset by conservation activities and increasing pollution of water conditions. With this information, it is expected to anticipate the extinction of these species. The study was conducted using the literature study method. Based on the search results, there were 22 endangered fish species and 15 critically endangered fish species. The Indonesian government has designated 20 protected fish species. Domestication of endangered and critical species is urgent to do, to prevent the extinction of these species.

Full text, klik disni:

Variasi Warna, Morfologi dan Karakterisitk Habitat Lokasi Penangkapan Ikan Sepatung (Pristolepis)

 ABSTRAK

Indonesia memiliki sumberdaya ikan sangat beragam yang dapat dikembangkan menjadi komoditi budidaya perikanan. Salah satu jenis ikan yang layak untuk dikembangkan adalah ikan sepatung (Pristolepis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi warna, morfologi dan karakteristik habitat ikan sepatung. Metode pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap ikan tradisonal berupa jaring insang, pancing, bubu dan empang. Hasil sampling ditemukan 5 jenis ikan sepatung (Pristolepis) dengan fenotif berbeda. Warna tubuh: coklat-kuning, coklat kehitaman, hitam kekuningan, dan hitam. Jumlah jari-jari pada sirip: punggung (D.XII-XIV. 14-16), ekor (C.20-21), anal (A. III.8-9). Habitat:sungai utama, anak sungai, rawa banjiran, rawa gambut. Air: berarus-tidak berarus. Dasar perairan: berlumpur, berpasir, bergambut. Kualitas air: suhu (25-31 oC), oksigen terlarut (1,36-6,46mg/L), ammonia (0,000-0,214mg/L), alkalinitas (4-63mg/L).

Full text, klik disini: 

http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JR/article/view/2878

Minggu, 27 Februari 2022

Biodiversity of Freshwater Fish in Kelekar Floodplain Ogan Ilir Regency in Indonesia

 

Abstract

The purpose of this study is to investigate fish biodiversity in the Kelekar floodplain. The study is explorative, with the determination of observation stations and with purposive sampling methods. Fishes were captured approximately 1.509 individuals consisting of 17 families and 24 species. The Shannon-Weiner diversity index was 2.394; 2.691; and 2.183 for station 1, 2, and 3, respectively. The Evenness index was 0.764; 0.871; and 0.806 for station 1, 2, and 3, respectively, meanwhile the highest value of Simpson’s dominance index was 0.045. The biodiversity index of the three stations was in the medium category.


Full text klik disini: https://journal.ugm.ac.id/jtbb/article/view/67494

Characterization of genes encoding follicle-stimulating hormone β-subunit (fsh-β) and luteinizing hormone β-subunit (lh-β) from Indonesian leaffish Pristolepis grootii (Bleeker, 1852)

ABSTRACT

The Indonesian leaffish Pristolepis grootii (Bleeker, 1852) is an indigenous fish species. The purpose of this study was to analyze the characteristics of the β-subunit of follicle-stimulating hormone (FSH-β) and the β-subunit of luteinizing hormone (LH-β) of P. grotii. Complementary DNA (cDNA) was synthesized from mRNA that was extracted from P. grootii pituitary glands. Twelve fish were reared in two aquaria and injected with luteinizing hormone-releasing hormone analog (LHRHa) for the analysis of FSH-β and LH-β gene expression. The results showed that P. grootii FSH-β was 227 bp in length, consists of 93 amino acid residues, while LH-β was 300 bp in length and consists of 100 amino acid residues. P. grootii FSH revealed the highest similarity (91%) with climbing perch Anabas testudineus, while LH-β with Betta splendens (90%). Two putative N-glycosylation sites in FSH-β and one site in LH-β were conserved in P. grootii. The expression of FSH-β and LH-β in fish injected with LHRHa was higher than that of LHRHa not injected fish. The ovary of P. grootii had various sizes of oocytes. The injection of LHRHa affected the development of oocytes; there was a trend for higher doses LHRHa to develop oocytes faster. Thus, it is most likely that the isolated genes are FSH-β and LH-β of P. grootii.


 Full text klik disini

Ovary development, FSH and LH genes expression of Indonesian leaffish (Pristolepis grootii) (Bleeker, 1852), injected with luteinizing hormone-releasing hormone analog

 ABSTRACT 

Indonesian leaffish, Pristolepis grootii (Bleeker, 1852), is an undomesticated freshwater fish species native to the rivers, flooded swamps, and tributaries of Indonesia. The fish is mainly captured for consumption. In order to prevent its extinction and supply its growing demands, the artificial breeding of the fish should be developed. The purpose of this study was to determine the optimum dose of luteinizing hormone-releasing hormone analog (LHRHa) for stimulating the female P. grootii gonadal development at a dosage of 0, 1, 10, and 50 µg kg-1 of fish. Female fish (20.0 ± 0.6 g) were adapted for 30 days in the rearing environment and then separated into 12 aquariums with six fish per aquarium. Fish were then reared for another 21 days and fed with Tubifex sp. The LHRHa injection was conducted twice on day-7 and 14. Fish bodyweight, gonadosomatic index, gonad histology, blood estradiol-17β, and FSH-β and LH-β gene expression were evaluated at day 0, 7, 14, and 21. The results showed that the injection of the LHRHa hormone stimulated the development of fish gonads and was better achieved with a higher concentration of LHRHa. The best treatment was observed by the administration of 50 µg kg-1 of LHRHa that produced the fastest development among all treatments. This study demonstrated that the LHRHa induction could potentially stimulate the gonadal development of the newly domesticated fish. To our knowledge, this is the first study that reported the success of the induction of female gonad development in the Indonesian leaffish P. grooti.

Full text klik disini: 

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/iaj/article/view/10073


Rabu, 19 Januari 2022

JENIS-JENIS IKAN INDONESIA YANG KRITIS DAN TERANCAM PUNAH

 Indonesia has a high diversity of fish species. Some fish species are critical and endangered. Information on Indonesian native and endemic fish species needs to be disseminated to the public. Such information is available in various sources and is generally in a foreign language. Therefore, the purpose of this research is to inventory and distribute information about several species of fish native to Indonesian public waters that need special attention because they are endangered and critically endangered. Species of fish, especially species that have been critically endangered, do not rule out turning into extinct in the wild (extinct in the wild). The decline in the status of the above from vulnerable (vulnerable) to endangered (endangered) and critical (critically endangered) or even become extinct in the wild (extinct in the wild) caused by various factors, including the existence of fisheries activities that tend to exploit natural resources without offset by conservation activities and increasing pollution of water conditions. With this information it is expected to anticipate the extinction of these species. The study was conducted using the literature study method. Based on the search results, there were 22 endangered fish species and 15 critically endangered fish species. The Indonesian government has designated 20 protected fish species. Domestication of endangered and critical species is urgent to do, to prevent the extinction of these species.

Artikel Lengkap