Selasa, 15 Desember 2020

Ikan Lalawak

 

Secara taksonimi,  ikan Lalawak dikelompokan kedalam phylum Chordata, subphylum Vertebrata, Class   Pisces, Ordo Cypriniformes,  Subordo  Cyprinoidei, Family  Cyprinidae, Genus Barbodes, Species  Barbodes sp. Genus Barbodes mempunyai ciri-ciri mulut kecil, terminal dan subterminal, celahnya tidk memanjang melebihi garis vertikal yang melalui pinggiran depan mata, mempunyai bibir halus berpapila atau tidak tetapi tanpa liapatan, bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yang jelas, pangkal bibir atas tertutup oleh lipatan kulit moncong, pada ujung rahang bawah tidak ada tonjolan. Bagian perut di depan sirip perut datar atau membulat tidak memipih membentuk geligir taja, jika terdapat geligir hanya di bagian belakang sirip perut. Gurat sisi sempurna, tidak ada pori tambahan pada sisik sepanjang gurat sisi. Terdapat 7-10½ jari-jari bercabang pada sirip punggung, jari-jari terakhir sirip punggung lemah atau keras tapi tidak bergerigi, tidak ada duri mendatar didepan sirip punggung, 5-8½ jari-jari bercabang pada sirip dubur. Sisik dengan struktur beberapa jari-jari sejajar atau melengkung ke ujung, sedikit atau tidak ada proyeksi jari-jari ke samping. Ikan lalawak adalah ikan yang memiliki habitat asli di sungai dan dewasa ini telah dibudidayakan di kolam-kolam peliharaan. Ikan Lalawak merupakan jenis ikan omnivor karena selain memakan organisme nabati juga memakan organisme hewani. Ikan lalawak atau yang bisa disebut juga dengan ikan balar atau ceceperan merupakan ikan air tawar yang hidup di sungai yang berarus cukup deras dan landai. Karakteristik dari lalawak sama dengan ikan-ikan arus deras lainnya, yaitu agresif dalam pergerakannya. Jenis ikan ini mirip dengan ikan tawes yang biasa dibudidayakan di kolam, yang menjadi pembedanya yaitu dari warna ujung siripnya. Ujung sirip Tawes berwarna hitam sedangkan lalawak berwarna kemerah-merahan meskipun ada juga yang berwarna kekuning-kuningan. Ukuran berat maksimal dewasa bisa mencapai 1 kg dengan panjang 25 cm. Warna badan ikan lalawak berwarna perak kehijauan, sebagian mata berwarna merah. Sirip punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu sampai kehitaman. Sirip dada berwarna kuning pucat sampai kuning terang. Bedanya, sirip lalawak berwarna merah, demikian halnya mata dan ekornya. Ukuran sisik lebih kecil dibanding tawes dan berwarna cerah. Itu sebabnya lalawak bisa dipelihara sebagai ikan hias. Ikan Lalawak (Barbodes sp) merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di perairan umum (seperti sungai) dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ikan konsumsi, walaupun belum menjadi jenis ikan yang terancam punah, kan ini perlu mendapat perhatian karena dibeberapa lokasi keberadaannya sudah sangat berkurang.

Rabu, 02 Desember 2020

Sihitam (Labeo chrysophekadion)

Secara taksonomi, ikan sihitam termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii,  Ordo Perciformes, Family Cyprinidae, Genus Labeo,  Spesies Labeo chrysophekadion. Bentuk badan panjang dan lebar. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor.  Ikan sihitam adalah nama lokal ikan ini. Secara nasional ikan ini disebut ikan si hitam. Nama ikan ini diambil dari warna tubuh ikan ini secara keseluruhan berwarna hitam. Ikan ini banyak ditemukan di DAS Musi bagian tengah.  Habitat ikan ini di sungai-sungai. Penyebarannya meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan (herbivora).  Ikan ini bereproduksi dengan cara bertelur.  Alat tangkap ikan ini umumnya menggunakan pancing, jaring, empang dan tangkul.  Ikan ini lebih populer sebagai ikan hias. Di kalangan penghobi ikan hias, ikan ini sangat digemari, karena selain warna tubuhnya yang unik, tingkah laku ikan ini dalam akurium damai, dengan bentuk sirip yang selalu mengembang saat berenang.  Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp. 5.000-10.000 per kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H. A., Wardani, W. W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.


Kamis, 12 November 2020

Balashark (Balantiocheilos melanopterus)

 

Secara taksonomi, ikan punting anyut termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus Balantiocheilos,  Spesies Balantiocheilos melanopterus. Bentuk badan lebar dan panjang. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Semua sirip berwarna kuning dan hitam pada tepinya. Ikan ini memiliki sirip. Warna tubuh perak. Habitat ikan ini sungai. Penyebarannya di Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera meliputi Sumatera Selatan, Jambi dan Riau. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora), Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Alat tangkap ikan ini umumnya menggunakan pancing, jaring, empang dan tangkul. Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya.Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp.5.000-10.000 per kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto. 


Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)

 

Secara taksonomi, udang galah termasuk Phylum Arthropoda, Kelas Krustase, Ordo Decapoda, Family Paleamonidae, Genus Macrobarchium,  Spesies Macrobarchium rosenbergii. Udang galah jantan dicirikan dengan galahnya (japit) yang besar dan kuat, berwarna biru tua. Udang galah dikenal juga dengan sebutan udang satang. Udang ini memiliki jepit yang besar. Udang ini merupakan jenis udang air tawar yang terbesar ditemukan di perairan air tawar. Ukuran udang galah dapat mencapai 200 gram per ekor. Habitat udang galah adalah di air tawar dan air payau (asin). Pada fase remaja dan dewasa hidup di air tawar, memasuki fase pemijahan bermigrasi ke air payau. Larva dan juvenile udang galah hidup di air payau. Penyebaran udang galah meliputi pulau Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Udang ini pemakan tumbuham dan hewan (omnivora). Udang galah bereproduksi dengan cara bertelur. Udang ini bertelur di air asin (payau). Udang jantan dicirikan dengan capit/satang/galahnya yang besar dan kuat. Penangkapan udang galah menggunakan alat perangkap udang berupa sengirai  (bengkirai), bubu, tuguk, empang dan sebagainya. Penangkapan udang galah menggunakan sengirai dan bubu menggunakan umpan untuk menarik udang supaya masuk alat tangkap. Umpan yang digunakan berupa potongan kelapa yang sudah dibakar dijepit dengan bilah bambu di dalam sengirai atau bubu. Udang galah dapat dimasak menjadi berbagai menu masakan, baik masakan tradisional Indonesia maupun menu masakan internasional. Selain diolah menjadi menu masakan lauk pauk, udang galah juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti nugget, kerupuk, dan sebagainya. Udang galah bernilai ekonomi tinggi. Selain dikonsumsi dalam negeri, udang ini juga diekspor. Harga udang galah yang dijual dalam negeri  berkisar Rp. 150.000-250.000 per kg. Penelitian mengenai udang ini sudah banyak dilakukan. Pengembangan budidaya juga sudah dilakukan. Di Indonesia, ada lembaga pemerintah bertugas khusus pengembangan budidaya udang ini, yakni Balai Budidaya Udang Galah (BBUG)Udang ini sangat prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya. Teknologi pembenihan dan pembesaran udang ini sudah ada.

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.

Toman (Channa micropeltes)

Secara taksonomi, ikan toman termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Channidae, Genus Channa, Spesies Channa micropeltes. Bentuk tubuh ikan toman, bulat panjang dan besar. Ikan toman dan ikan jalai, keduanya dari genus Channa memiliki ukuran tubuh yang besar. Ukuran bobot ikan toman dapat mencapai 10 kg per ekor. Ikan toma memiliki sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk bulat. Seluruh sirip tersusun dari jari-jari lemah. Warna tubuh ikan toman kecil (benih) orange dan merah, seiring dengan perkembangan stadia, ikan toman dewasa berubah warna menjadi hitam. Pada bagain bawah tubuh ikan toman berwarna putih. Seluruh tubuh ikan toman ditutupi sisik, termasuk pada bagian kepala. Ikan toman ditemukan di perairan sungai dan rawa-rawa baik rawa banjiran maupun rawa gambut yang airnya tenang/tidak  berarus. Ikan toman mendiami perairan yang lebih dalam dibandingkan ikan kelompok ikan Channa lainnya. Penyebaran ikan toman meliputi pulau Kalimantan, Jawa, .dan Sumatera. Ikan ini termasuk jenis ikan karnivora.Sistem reproduksi ikan toman dengan cara bertelur. Di alam liar, ikan toman memijah satu kali dalam setahun pada saat puncak musim penghujan. Jumlah telur ikan toman, lebih sedikit dibandingkan dengan ikan gabus. Ikan toman pada saat memijah, sifatnya lebih agresif. Penangkapan ikan toman menggunakan pancing, tajur, menteban. Penangkapan ikan toman menggunakan pancing dan tajur diberi umpan ikan atau kodok. Ikan toman dapat diolah menjaid berbagai menu masakan. Daging ikan toman sangat tebal, tidak mengandung duri halus dalam daging, berwarna putih. Ikan toman dapat dimasak dengan cara digoreng, bakar, pindang, kuah kuning dan sebagainya. Rasa daging ikan toman sangat gurih sehingga disukai masyarakat. Selain dikonsumsi diolah menjadi berbgai lauk pauk, ikan ini juga dapat diawetkan dengan cara diasap, dan diasinkan, serta dapat diolah menjadi berbagai produk olahan. Ikan toman bernilai ekonomi tinggi. Harga ikan toman segar mencapai Rp. 80.000-120.000 per kg. Konsumen ikan toman sangat banyak, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Ikan toma asin yang berasal dari Sumatera dan Kalimantan sudah banyak dijual di Pulau Jawa, terutama di Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Harga ikan toman asin mencapai Rp. 10.000 per ons. Penelitian ilmiah mengenai aspek reproduksi dan pembenihan ikan toman di Indonesia belum ada. Penelitian mengenai berbagai aspek biologi ikan toman juga sangat terbatas. Penelitian menegnai berbagai aspek ikan toman sangat penting dilakukan untuk pelestarian dan pengembangan ikan toman menjadi komoditi budidaya. Ikan toman mudah beradaptasi dalam lingkungan budidaya. Usaha pembesaran ikan ini sudah banyak dilakukan di Indonesia. Wadah yang digunakan untuk pembesaran ikan toman adalah keramba papan atau karamba bilah bamboo yang dipasang di sungai atau di rawa. Benih ikan toman yang digunakan untuk usaha pembesaran masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Pakan yang diberikan untuk pembesaran ikan toman dalam karamba umumnya adalah ikan-ikan rucah dan usus ayam. Usaha pembenihan ikan toman belum ada, padahal kebutuhan benih ikan toman cukup banyak.

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.


Semah (Tor sp)

 

Secara taksonomi, ikan semah termasuk Phylum Chordata, Kelas Ostariophysi, Ordo Cypriformes, Family Cyprinidae, Genus Tor,  Spesies Tor spIkan semah memiliki sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anal, dan sirip ekor. Sirip ekor ikan semah berbentuk cagak. Ikan ini memiliki sisik berwarna putih silver, sirip-siripnya berwaran orange kemerahan. Ukuran sisik ikan ini besar-besar. Pada bagian kepala terdapat sungut yang pendek dan lubang hidung. Ikan semah banyak ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ikan semah termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan (herbivora). Ikan semah berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan semah menggunakan pancing. Berbagai menu masakan ikan semah,  seperti di masak kuah kuning, pindang, panggang, goreng, Menu yang paling populer ikan semah kuah kuning. Ikan semah termasuk ikan dengan harga jual tinggi. Harga ikan semah berkisar Rp. 40.000-60.000 per kg. Populasi ikan semah di alam sudah mulai menurun, Hasil tangkapan nelayan sudah tidak banyak lagi dan ukuran ikan yang tertangkap sudah tidak besar-besar lagi. Ikan ini prospektif dibudidayakan. Ikan ini memiliki nilai ekonomi tinggi.  

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.

Membedakan Ikan Dukang Jantan dan Betina

Botia (Chromobotia macracanthus)

Secara taksonomi, ikan botia termasuk Phylum Chordata, Kelas Osteichthyes, Ordo Teleostei, Family Cobitidae, Genus Chromobatia,  Spesies Chromobatia macracanthus.. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Warna tubuh kuning dan hitam. Ikan ini tidak memiliki sisik. Bentuk mulut lancip. Warna tubuh kuning dan hitam. Pada bagian mulut terdapat sungut pendek. Ikan botia adalah salah satu jenis ikan hias air tawar endemik Indonesia. Penyebaran ikan ini di Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan botia di alam, menggunakan alat khusus yang disebut "berumbung". Ikan ini hanya dapat ditangkap pada musim-musim tertentu. Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Ikan botia memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai ikan hias ekspor. Perdagangan ikan hias ini sudah lama berlangsung. Peredaran ikan hias asli Indonesia ini sampai ke benua Amerika, Eropa, Australia dan Asia Timur.  Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan ini juga sangat penting dilakukan. 

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.

Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Berengit (Mystus sp)

Secara taksonomi, ikan betutu termasuk Phylum Chordata, Kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi, Family Bagridae, Genus Mystus, Spesies Mystus sp.  Bentuk tubuh memanjang. Ikan ini tidak memiliki sisik. Memilki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Pada bagian belakang sirip punggung terdapat sirip lemak (adifose fin). Ikan ini memiliki sepasang sungut yang panjang. Pada sirip dada terdapat satu jari keras yang menjadi patil sebagai alat pertahanan ikan ini. Habitat ikan ini adalah di sungai-sungai yang airnya tidak deras. Ikan ini ditemukan di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Ikan ini termasuk jenis ikan karnivora/pemakan daging. Ikan berengit berkembangbiak dengan cara bertelur.  Penangkapan ikan ini menggunakan jaring, pancing dan perangkap. Ikan ini memiliki bentuk tubuh dan warna yang menarik dijadikan sebagai ikan hias. Harga ikan ini berkisar Rp. 20.000-50.000 per kg (sebagai ikan konsumsi) dalam keadaan mati. Penelitian dasar ikan ini sudah ada, terutama spesies spesies yang ada di pulau Jawa yang dikenal dengan nama ikan senggiringan. Mungkin spesies yang ada di jawa berbeda dengan yang di Sumatera dan Kalimantan, sehingga perlu diteliti. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya baik sebagai ikan konsumsi maupun sebagai ikan hias. 

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.


Senin, 02 November 2020

Lais Palembang (Kryptopterus palembangensis)

Secara taksonomi, ikan lais termasuk Phylum Chordata, Kelas Pisces, Ordo Ostariophysi, Subordo Siluroidea, Family Siluroidae, Genus Kryptopterus,  Spesies Kryptopterus palembangensis. Ikan ini tidak bersisik. Ikan ini tidak memiliki sirip punggung dan sirip perut. Sirip anus panjang dari belakang anus sampai sirip ekor. Ikan ini memiliki sungut sepasang. Ekor berbentuk cagak. Sirip dada memiliki satu duri agak keras tapi tidak bermodifikasi menjadi patil. Ikan ini tidak memiliki sisik. Warna tubuh putih keperak-peraan. Memiliki gurat sisi sepanjang badan. Ukuran ikan ini sedang tidak sebesar ikan lais timah. Habitat utama ikan ini adalah sungai-sungai dan rawa banjiran. Dari nama ilmiah ikan ini, menunjukan bahwa ikan lais yang satu ini jenis ikan lais endemik Palembang. Kata Palembangensis diambil dari daerah habitat ikan ini berada yakni di perairan umum dalam wilayah Sumatera Selatan. Ikan ini banyak ditemukan di Sungai Musi dan rawa banjirannnya. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Alat tangkap ikan ini umumnya menggunakan pancing, jaring, empang dan tangkul. Mancing ikan lais umumnya pada sore dan malam hari, hal ini mengindikasikan bahwa ikan lais aktif pada suasana gelap (nocturnal). Mancing lais umumnya menggunakan umpan berupa cacing, kucur dan telur semut kerangga.Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp. 40.000-60.000 per kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan ini juga sangat penting dilakukan.  Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.

 

Aro (Osteochilus melanopleurus)

 

Secara taksonomi, ikan aro termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Cyprinidae, Genus Osteochilus,  Spesies Osteochilus melanopleurus. Ikan ini berbentuk lebar. Warna tubuh hitam kekuning-kuningan. Memiliki sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Tubuh tertutupi sisik, kecuali bagian kepala. Seluruh sirip berjari-jari lunak, tidak ada yang berjari-jari keras. Di bagian kepala terdapat tutup insang, mata, lubang hidung, sungut pendek. Bentuk ekor cagak. Tipe mulut terminal. Ukuran ikan aro dapat mencapai 1000 gram per ekor. Habitat utama ikan ini adalah di sungai-sungai besar. Ikan ini tersebar di Kalimantan dan Sumatera. Di Sumatera, ikan ini ditemukan di Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Ikan bersifat herbivora yang cenderung omnivora. Jenis tumbuhan dan hewan dimakan ikan ini. Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan ini menggunakan alat jaring, bubu, jala dan empang.Menu masakan ikan ini yang paling popular adalah panggang dan goreng. Ikan bernilai ekonomi sebagai ikan konsumsi dan juga ikan hias. Ikan ini termasuk ikan konsumsi. Namun dari morfologinya, ikan ini berpotensi dijadikan sebagai ikan hias. Penelitian aspek biologi ikan ini masih sangat jarang. Ikan ini berpotensi dikembangkan menjadi komoditi budidaya. 

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto. 


Lais timah (Kryptopterus apogon)

 

Secara taksonomi, ikan lais timah termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Siluriformes, Family Siluridae, Genus Kryptopterus,  Spesies Kryptopterus apogon. Ikan ini memiliki sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Sirip anal memanjang dari belakang anus sampai ke pangkal ekor. Bentuk kepala ikan lebih lancip. Bentuk ekor cagak simetris. Warna badan putih keperak-perakan. Memiliki sungut pendek. Ukuran ikan ini cukup besar dapat mencapai 5 kg per ekor. Habitat utama ikan lais timah di sungai-sungai besar. Penyebaran ikan lais timah yakni di pulau Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan karnivora atau pemakan daging.  Berkembangbiak dengan cara bertelur.  Penangkapan ikan ini menggunakan alat pancing dan jaring. Menu masakan ikan ini beragam: brengkes, pepes, bakar, goring, sup ikan. Ikan ini sangat disukai masyarakat, warna dah daging putih, Selain dikonsumsi dalam bentuk segar ikan lais timah juga sering diawetkan dengan proses pengasapan menjadi  ikan lais asap. Ikan lais timah salah satu jenis ikan air tawar yang bernilai tinggi. Harga ikan ini dapat mencapai Rp. 120.000 per kg. Permintaan terhadap ikan lais timah cukup tinggi. Ikan ini memiliki prospek dikembangkan menjadi komoditi budidaya. Harganya mahal, banyak konsumen yang suka. Penelitian biologi dasar ikan ini masih sangat minim. Perlu penelitian lebih banyak lagi, dan ikan lais timah sangat perlu didomestikasikan.

 Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.

Kamis, 29 Oktober 2020

Beda Ikan Sepat Jantan dan Betina



Ikan sepat siam jantan badannya lebih ramping, warna tubuh lebih cerah sedangkan ikan sepat betina badanya lebih tebal dan warnanya lebih gelap. Ukuran panjang dan berat ikan betina lebih besar dibanding ikan jantan meskipun kondisi kematangan gonad pada tingkat kematangan awal atau pasca pemijahan.


 

Ikan Sepatung terdomestikasi


 

Kamis, 08 Oktober 2020

Tapah rawa (Wallago attu)

Secara taksonomi, ikan tapah rawa termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Siluriformes, Family Siluridae, Genus Wallago,  Spesies Wallago attu. Karena hidup di rawa-rawa, kondisi airnya berwarna hitam, terutama rawa gambut, maka warna ikan ini juga berwarna hitam. Berbeda dengan jenis tapah sungai berwarna kekuning-kuningan. Ukuran tapah rawa lebih kecil (< 10 kg/ekor) dibandingkan ikan tapah sungai dapat mencapai > 10 kg/ekor. Habitat ikan ini adalah di rawa-rawa. Penyebaran ikan ini di Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera ikan ini tersebar di Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Bangka Belitung dan Lampung. Ikan ini termasuk kelompok ikan karnivora. Ikan tapah berkembangbiak dengan cara bertelur. Dengan bobot siap reproduksi atau menjadi induk di atas 2 kg. Alat tangkap ikan ini berupa jaring, menteban (perangkap), atau tajur (jenis pancing) dengan umpan ikan kecil. Rasa dagingnya sangat enak, menu masakan ikan ini antara lain bakar, goreng, pindang dan brengkesIkan tapah bernilai ekonomi tinggi. Harga ikan tapah mencapai Rp. 100.000 per kg. Penelitian dasar mengenai ikan tapah belum banyak. Penelitian lebih lanjut berbagai aspek biologi, ekologi dan fisiologi ikan ini sangat penting dilakukan. Penelitian domestikasi menuju pembudidayaan ikan ini juga sangat penting dilakukan. Ikan tapah sangat prospektif fikembangkan menjadi komoditi budidaya. Ikan ini memiliki nilai jual tinggi, konsumennya banyak, menu masakan dan olahan ikan ini juga beragam.

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.




 

Senggaringan (Mystus negriceps)

 

Secara taksonomi, ikan senggaringan (ingir-ingir) termasuk Phylum Chordata, Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi, Family Bagridae, Genus Mystus, Spesies Mystus negriceps. Ikan senggaringan memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Sirip punggung memiliki duri keras. Duri keras pada siri dada ikan senggaringan bermodifikasi menjadi patil. Ikan ini sangat mirip dengan ikan baung, yang memebdakannya adalah memiliki sirip lemak (adipose fin) yang panjang dari belakang sirip punggung hingga pangkal ekor. Memiliki sungut yang panjang. Ikan ini tidak bersisik. Ikan baung hidup di perairan tawar. Habitat utama ikan senggaringan adalah di sungai. Penyebaran ikan ini di Indonesia meliputi Pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ikan senggaringan termasuk ikan pemakan daging (karnivora). Namun dalam pemeliharaan ikan senggaringan dapat menerima pakan buatan (pellet). Ikan senggaringan bereproduksi dengan cara bertelur. Penangkapan ikan senggaringan menggunakan alat tangkap berupa pancing, tajur (pancing yang diberi gagang bamboo dipasang secara satu per satu), rawai (pancing yang diberi tali memancang, banyak mata pancing, dipasang di tepi sungai), pengilar (alat perangkap), kerung (perangkap ikan dari jarring nilon yang di pasang di tepi sungai), empang (alat perangkap ikan terbuat dari bilah bambu, dipasang di muara/tepi sungai), tebat (alat perangkap ikan yang dipasang melintang sungai), tuguk (alat perangkap ikan seperti tebat tapi ukuran tuguk lebih besar di pasang pada sungai yang lebih besar) dan sebagainya. Penangkapan ikan senggaringan menggunakan umpan ikan hidup berupa anak-anak ikan kecil. Ikan ini sangat cocok dimasak menjadi menu pindang (menu masakan berkuah seperti sup ikan), asam pedas, pindang  tempoyak (tempoyak, daging durian yang difermentasi), gulai kuah kuning, brengkes (pepes ikan), goreng dan panggang (dibakar dengan bara api), salin itu juga dibuat sebagai ikan salai/asap. Ikan senggaringan merupakan salah satu jenis ikan bernilai ekonomi tinggi di Sumatera Selatan, Jambi dan Riau. Harga ikan senggaringan berkisar  Rp. 50.000-80.000 per kg. Penelitian dasar ikan senggaringan sudah banyak dilakukan. Penelitian pengembangbiakan ikan ini juga sudah banyak dilakukan. Penelitian lebih lanjut mengenai teknis peningkatan produksi benih masih sangat diperlukan. Penelitian aspek pembesaran ikan senggaringan juga masih sangat diperlukan. Ikan ini memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi komoditi budidaya.

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.

Rabu, 09 September 2020

Lais ompok (Ompok sp)


Secara taksonomi, ikan lais ompok termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinoprygii, Ordo Siluriformes., Family Siluridae, Genus Ompok,  Spesies Ompok spIkan lais ompok memiliki sirip punggung, sirip perut, sirip dada, sirip anal dan sirip ekor. Sirip anal paling panjang, memanjang dari belakang anus sampai pangkal sirip ekor. Sirip punggung ikan ini sangat kecil. Ikan ini tidak bersisik. Memiliki sungut. Bentuk ekor cagak simetris. Habitat ikan lais ompok adalah sungai. Penyebaran ikan lais ompok meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera ikan lais ompok ditemukan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Lampung. Ikan ini termasuk jenis ikan omnivora. Jenis makanannya berupa tumbuhan dan hewan. Ikan ini bereproduksi dengan cara bertelur. Penelitian dasar ikan lais ompok masih sangat minim. Penellitian aspek bioekologi dan upaya domestikasi perlu dilakukan. Ikan lais ompok sampai saat ini belum dibudidayakan. Produksi ikan lais ompok masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Ikan ini prospektif dibudidayakan.

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.


 

Rabu, 12 Agustus 2020

Juara (Pangasius polyuranodon)

Secara taksonomi, ikan juara termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Siluriformes, Family Pangasidae, Genus Pangasius,  Spesies Pangasius polyuranodon. Ikan juara secara sepintas sangat mirip dengan ikan patin. Perbedaannya dapat dilihat dari bentuk tubuh ikan juara lebih panjang dan ramping, bentuk kepala dan ekornya juga sedikit berbeda dengan ikan patin. Ukuran ikan juara dapat mencapai 5 kg per ekor. Ikan ini ditemukan di sungai. Ikan ini ditemukan di sungai-sungai besar di Sumatera dan Kalimantan. Ikan juara termasuk jenis ikan omnivora, pemakan tumbuhan dan hewan. Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Musim pemijahan ikan ini pada saat musim penghujan. Penangkapan ikan ini menggunakan pancing dan jaring insang dan jaring hanyut.  Umpan yang digunakan untuk memancing ikan juara dapat berupa cacing, roti atau umpan buatan. Menu masakan ikan Juaro yang paling terkenal pindang juara, juara bakar dan juara goreng. Ikan ini juga banyak dijadikan ikan asin dan ikan asap. Penelitian dasar mengenai ikan juara sudah ada, namun penelitian lebih lanjut mengenai aspek domestikasi ikan ini belum dilakukan. Ikan ini satu genus dengan ikan patin (Pangasius djambal), jadi kemungkinan karakteristik biologinya hampir sama dengan ikan patin. Budidaya ikan ini belum dilakukan. Pamor ikan juara terkalahkan oleh ikan patin. Ikan juara memiliki kelebihan disbanding ikan patin, yakni bentuk tubuh ikan juara lebih panjang dari ikan patin, tekstur daging ikan juara lebih kenyal, kandungan minyaknya lebih sedikit. Jadi ikan ini memiliki potensi untuk dikawinsilangkan (crossbreeding) dengan ikan patin. 

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.

Selasa, 04 Agustus 2020

Karya Seni Perikanan: Pohon Ikan

Jalai (Channa maruliodes)

Secara taksonomi, ikan jalai termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Channidae, Genus Channa, Spesies Channa maruliodes. Bentuk tubuh ikan jalai bulat panjang. Memiliki sirip punggung, sepasang sirip dada dan sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Warna tubuh kuning dan hitam dan mimiliki motif batik pada bagian tubuh ikan. Warna mata ikan jalai kuning bagian tengah hitam. Sirip punggung, sirip dada dan sirip anus ikan ini lebih lebar dibandingkan sirip ikan sekerabat (gabus dan toman). Ukuran panjang dan bobot ikan jalai bisa lebih panjang dan besar dibandingkan ikan toman. Habitat ikan jalai di perairan tawar yakni sungai dan rawa-rawa. Ikan jalai ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera Selatan, ikan ini ditemukan di perairan rawa banjiran yang disebut lebak lebung. Ikan jalai termasuk jenis ikan karnivora/pemakan daging. Jenis makanan ikan ini ikan, kodok, serangga air, moluska dan hewan air lainnya. Ikan jalai bereproduksi dengan cara bertelur. Musim pemijahan di alam pada saat musim penghujan. Jumlah telur ikan ini tidak sebanyak jumlah telur ikan gabus (Channa striata), kemungkinan ini salah satu penyebab populasi ikan ini di alam tidak sebanyak ikan gabus atau ikan lain yang sekerabat. Penelitian ilmiah mengenai ikan ini belum temukan. Penelitian dasar mengenai ikan ini segera dilakukan, antara lain aspek biologi meliputi morfometrik dan meristik, pakan dan kebiasaan makan, reproduksi, lingkungan habitat hidupnya. Ikan ini juga segera dilakukan domestikasi untuk mencegah kepunahannya. Dengan adanya domestikasi, selain mencegah punah, dapat dijadikan komoditi budidaya. Ikan ini memiliki motif warna yang menarik, berpotensi dijadikan ikan hias. Selain itu, kemungkinan ikan ini juga mengandung albumin yang tinggi melebihi kandungan albumin pada ikan gabus (Channa striata).

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.


Bujuk (Channa lucius)

Bentuk tubuh ikan bujuk memanjang, memiliki sirp punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Memiliki sisik. Berwarna coklat, memiliki pola motif warna. Bentuk ekor membulat. Ukuran bobot tubuh ikan betutu dapat mencapai 500 gram per ekor. Ikan bujuk termasuk kelompok ikan labirinci, memiliki alat bantu pernafasan. Habitat utama ikan bujuk adalah rawa rawa banjiran dan rawa gambut. Ikan ini lebih menyukai perairan rawa dengan tingkat keasaman air rendah (<4), oksigen terlarut rendah (<5), perairan tenang, dangkal, banyak tumbuhan rawa. Di Indonesia, ikan bujuk tersebar di pulau Sumatera dan  Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan karnivora. Jenis makanan berupa anak-anak ikan, udang, serangga (lipas), anak kodok. Ikan bujuk berkembangbiak dengan cara bertelur. Fisiologi  reproduksi ikan bujuk berbeda dengan ikan gabus kerabat dekatnya. Jumlah telur ikan bujuk lebih sedikit dibandingkan ikan gabus.  Penelitian dasar meliputi berbagai aspek biologi dan ekologi ikan ini sangat diperlukan. Penangkaran dalam wadah budidaya dalam rangka untuk domestikasi juga sangat diperlukan. Ikan ini memiliki prospek dibudidayakan, mengingat ikan ini ikan konsumsi yang sudah popular di masyarakat, dengan harga yang tinggi. Selain sebagai ikan konsumsi, ikan ini juga dijadikan ikan hias. Ikan ini mudah beradaptasi dalam wadah budidaya, tahan terhadap lingkungan air yang asam dan oksigen terlarut rendah. 

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.