Kamis, 12 November 2020

Balashark (Balantiocheilos melanopterus)

 

Secara taksonomi, ikan punting anyut termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus Balantiocheilos,  Spesies Balantiocheilos melanopterus. Bentuk badan lebar dan panjang. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Semua sirip berwarna kuning dan hitam pada tepinya. Ikan ini memiliki sirip. Warna tubuh perak. Habitat ikan ini sungai. Penyebarannya di Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera meliputi Sumatera Selatan, Jambi dan Riau. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora), Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Alat tangkap ikan ini umumnya menggunakan pancing, jaring, empang dan tangkul. Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya.Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp.5.000-10.000 per kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto. 


Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)

 

Secara taksonomi, udang galah termasuk Phylum Arthropoda, Kelas Krustase, Ordo Decapoda, Family Paleamonidae, Genus Macrobarchium,  Spesies Macrobarchium rosenbergii. Udang galah jantan dicirikan dengan galahnya (japit) yang besar dan kuat, berwarna biru tua. Udang galah dikenal juga dengan sebutan udang satang. Udang ini memiliki jepit yang besar. Udang ini merupakan jenis udang air tawar yang terbesar ditemukan di perairan air tawar. Ukuran udang galah dapat mencapai 200 gram per ekor. Habitat udang galah adalah di air tawar dan air payau (asin). Pada fase remaja dan dewasa hidup di air tawar, memasuki fase pemijahan bermigrasi ke air payau. Larva dan juvenile udang galah hidup di air payau. Penyebaran udang galah meliputi pulau Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Udang ini pemakan tumbuham dan hewan (omnivora). Udang galah bereproduksi dengan cara bertelur. Udang ini bertelur di air asin (payau). Udang jantan dicirikan dengan capit/satang/galahnya yang besar dan kuat. Penangkapan udang galah menggunakan alat perangkap udang berupa sengirai  (bengkirai), bubu, tuguk, empang dan sebagainya. Penangkapan udang galah menggunakan sengirai dan bubu menggunakan umpan untuk menarik udang supaya masuk alat tangkap. Umpan yang digunakan berupa potongan kelapa yang sudah dibakar dijepit dengan bilah bambu di dalam sengirai atau bubu. Udang galah dapat dimasak menjadi berbagai menu masakan, baik masakan tradisional Indonesia maupun menu masakan internasional. Selain diolah menjadi menu masakan lauk pauk, udang galah juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti nugget, kerupuk, dan sebagainya. Udang galah bernilai ekonomi tinggi. Selain dikonsumsi dalam negeri, udang ini juga diekspor. Harga udang galah yang dijual dalam negeri  berkisar Rp. 150.000-250.000 per kg. Penelitian mengenai udang ini sudah banyak dilakukan. Pengembangan budidaya juga sudah dilakukan. Di Indonesia, ada lembaga pemerintah bertugas khusus pengembangan budidaya udang ini, yakni Balai Budidaya Udang Galah (BBUG)Udang ini sangat prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya. Teknologi pembenihan dan pembesaran udang ini sudah ada.

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.

Toman (Channa micropeltes)

Secara taksonomi, ikan toman termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Channidae, Genus Channa, Spesies Channa micropeltes. Bentuk tubuh ikan toman, bulat panjang dan besar. Ikan toman dan ikan jalai, keduanya dari genus Channa memiliki ukuran tubuh yang besar. Ukuran bobot ikan toman dapat mencapai 10 kg per ekor. Ikan toma memiliki sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk bulat. Seluruh sirip tersusun dari jari-jari lemah. Warna tubuh ikan toman kecil (benih) orange dan merah, seiring dengan perkembangan stadia, ikan toman dewasa berubah warna menjadi hitam. Pada bagain bawah tubuh ikan toman berwarna putih. Seluruh tubuh ikan toman ditutupi sisik, termasuk pada bagian kepala. Ikan toman ditemukan di perairan sungai dan rawa-rawa baik rawa banjiran maupun rawa gambut yang airnya tenang/tidak  berarus. Ikan toman mendiami perairan yang lebih dalam dibandingkan ikan kelompok ikan Channa lainnya. Penyebaran ikan toman meliputi pulau Kalimantan, Jawa, .dan Sumatera. Ikan ini termasuk jenis ikan karnivora.Sistem reproduksi ikan toman dengan cara bertelur. Di alam liar, ikan toman memijah satu kali dalam setahun pada saat puncak musim penghujan. Jumlah telur ikan toman, lebih sedikit dibandingkan dengan ikan gabus. Ikan toman pada saat memijah, sifatnya lebih agresif. Penangkapan ikan toman menggunakan pancing, tajur, menteban. Penangkapan ikan toman menggunakan pancing dan tajur diberi umpan ikan atau kodok. Ikan toman dapat diolah menjaid berbagai menu masakan. Daging ikan toman sangat tebal, tidak mengandung duri halus dalam daging, berwarna putih. Ikan toman dapat dimasak dengan cara digoreng, bakar, pindang, kuah kuning dan sebagainya. Rasa daging ikan toman sangat gurih sehingga disukai masyarakat. Selain dikonsumsi diolah menjadi berbgai lauk pauk, ikan ini juga dapat diawetkan dengan cara diasap, dan diasinkan, serta dapat diolah menjadi berbagai produk olahan. Ikan toman bernilai ekonomi tinggi. Harga ikan toman segar mencapai Rp. 80.000-120.000 per kg. Konsumen ikan toman sangat banyak, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Ikan toma asin yang berasal dari Sumatera dan Kalimantan sudah banyak dijual di Pulau Jawa, terutama di Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Harga ikan toman asin mencapai Rp. 10.000 per ons. Penelitian ilmiah mengenai aspek reproduksi dan pembenihan ikan toman di Indonesia belum ada. Penelitian mengenai berbagai aspek biologi ikan toman juga sangat terbatas. Penelitian menegnai berbagai aspek ikan toman sangat penting dilakukan untuk pelestarian dan pengembangan ikan toman menjadi komoditi budidaya. Ikan toman mudah beradaptasi dalam lingkungan budidaya. Usaha pembesaran ikan ini sudah banyak dilakukan di Indonesia. Wadah yang digunakan untuk pembesaran ikan toman adalah keramba papan atau karamba bilah bamboo yang dipasang di sungai atau di rawa. Benih ikan toman yang digunakan untuk usaha pembesaran masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Pakan yang diberikan untuk pembesaran ikan toman dalam karamba umumnya adalah ikan-ikan rucah dan usus ayam. Usaha pembenihan ikan toman belum ada, padahal kebutuhan benih ikan toman cukup banyak.

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.


Semah (Tor sp)

 

Secara taksonomi, ikan semah termasuk Phylum Chordata, Kelas Ostariophysi, Ordo Cypriformes, Family Cyprinidae, Genus Tor,  Spesies Tor spIkan semah memiliki sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anal, dan sirip ekor. Sirip ekor ikan semah berbentuk cagak. Ikan ini memiliki sisik berwarna putih silver, sirip-siripnya berwaran orange kemerahan. Ukuran sisik ikan ini besar-besar. Pada bagian kepala terdapat sungut yang pendek dan lubang hidung. Ikan semah banyak ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ikan semah termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan (herbivora). Ikan semah berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan semah menggunakan pancing. Berbagai menu masakan ikan semah,  seperti di masak kuah kuning, pindang, panggang, goreng, Menu yang paling populer ikan semah kuah kuning. Ikan semah termasuk ikan dengan harga jual tinggi. Harga ikan semah berkisar Rp. 40.000-60.000 per kg. Populasi ikan semah di alam sudah mulai menurun, Hasil tangkapan nelayan sudah tidak banyak lagi dan ukuran ikan yang tertangkap sudah tidak besar-besar lagi. Ikan ini prospektif dibudidayakan. Ikan ini memiliki nilai ekonomi tinggi.  

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.

Membedakan Ikan Dukang Jantan dan Betina

Botia (Chromobotia macracanthus)

Secara taksonomi, ikan botia termasuk Phylum Chordata, Kelas Osteichthyes, Ordo Teleostei, Family Cobitidae, Genus Chromobatia,  Spesies Chromobatia macracanthus.. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Warna tubuh kuning dan hitam. Ikan ini tidak memiliki sisik. Bentuk mulut lancip. Warna tubuh kuning dan hitam. Pada bagian mulut terdapat sungut pendek. Ikan botia adalah salah satu jenis ikan hias air tawar endemik Indonesia. Penyebaran ikan ini di Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan botia di alam, menggunakan alat khusus yang disebut "berumbung". Ikan ini hanya dapat ditangkap pada musim-musim tertentu. Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Ikan botia memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai ikan hias ekspor. Perdagangan ikan hias ini sudah lama berlangsung. Peredaran ikan hias asli Indonesia ini sampai ke benua Amerika, Eropa, Australia dan Asia Timur.  Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan ini juga sangat penting dilakukan. 

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.

Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Berengit (Mystus sp)

Secara taksonomi, ikan betutu termasuk Phylum Chordata, Kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi, Family Bagridae, Genus Mystus, Spesies Mystus sp.  Bentuk tubuh memanjang. Ikan ini tidak memiliki sisik. Memilki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Pada bagian belakang sirip punggung terdapat sirip lemak (adifose fin). Ikan ini memiliki sepasang sungut yang panjang. Pada sirip dada terdapat satu jari keras yang menjadi patil sebagai alat pertahanan ikan ini. Habitat ikan ini adalah di sungai-sungai yang airnya tidak deras. Ikan ini ditemukan di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Ikan ini termasuk jenis ikan karnivora/pemakan daging. Ikan berengit berkembangbiak dengan cara bertelur.  Penangkapan ikan ini menggunakan jaring, pancing dan perangkap. Ikan ini memiliki bentuk tubuh dan warna yang menarik dijadikan sebagai ikan hias. Harga ikan ini berkisar Rp. 20.000-50.000 per kg (sebagai ikan konsumsi) dalam keadaan mati. Penelitian dasar ikan ini sudah ada, terutama spesies spesies yang ada di pulau Jawa yang dikenal dengan nama ikan senggiringan. Mungkin spesies yang ada di jawa berbeda dengan yang di Sumatera dan Kalimantan, sehingga perlu diteliti. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya baik sebagai ikan konsumsi maupun sebagai ikan hias. 

Pustaka:

Muslim, M and Heltonika, B and Sahusilawane, H.A and Wardani, W.W and Rifai, R (2020) Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada, Purwokerto.


Senin, 02 November 2020

Lais Palembang (Kryptopterus palembangensis)

Secara taksonomi, ikan lais termasuk Phylum Chordata, Kelas Pisces, Ordo Ostariophysi, Subordo Siluroidea, Family Siluroidae, Genus Kryptopterus,  Spesies Kryptopterus palembangensis. Ikan ini tidak bersisik. Ikan ini tidak memiliki sirip punggung dan sirip perut. Sirip anus panjang dari belakang anus sampai sirip ekor. Ikan ini memiliki sungut sepasang. Ekor berbentuk cagak. Sirip dada memiliki satu duri agak keras tapi tidak bermodifikasi menjadi patil. Ikan ini tidak memiliki sisik. Warna tubuh putih keperak-peraan. Memiliki gurat sisi sepanjang badan. Ukuran ikan ini sedang tidak sebesar ikan lais timah. Habitat utama ikan ini adalah sungai-sungai dan rawa banjiran. Dari nama ilmiah ikan ini, menunjukan bahwa ikan lais yang satu ini jenis ikan lais endemik Palembang. Kata Palembangensis diambil dari daerah habitat ikan ini berada yakni di perairan umum dalam wilayah Sumatera Selatan. Ikan ini banyak ditemukan di Sungai Musi dan rawa banjirannnya. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Alat tangkap ikan ini umumnya menggunakan pancing, jaring, empang dan tangkul. Mancing ikan lais umumnya pada sore dan malam hari, hal ini mengindikasikan bahwa ikan lais aktif pada suasana gelap (nocturnal). Mancing lais umumnya menggunakan umpan berupa cacing, kucur dan telur semut kerangga.Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp. 40.000-60.000 per kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan ini juga sangat penting dilakukan.  Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.

 

Aro (Osteochilus melanopleurus)

 

Secara taksonomi, ikan aro termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Cyprinidae, Genus Osteochilus,  Spesies Osteochilus melanopleurus. Ikan ini berbentuk lebar. Warna tubuh hitam kekuning-kuningan. Memiliki sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Tubuh tertutupi sisik, kecuali bagian kepala. Seluruh sirip berjari-jari lunak, tidak ada yang berjari-jari keras. Di bagian kepala terdapat tutup insang, mata, lubang hidung, sungut pendek. Bentuk ekor cagak. Tipe mulut terminal. Ukuran ikan aro dapat mencapai 1000 gram per ekor. Habitat utama ikan ini adalah di sungai-sungai besar. Ikan ini tersebar di Kalimantan dan Sumatera. Di Sumatera, ikan ini ditemukan di Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Ikan bersifat herbivora yang cenderung omnivora. Jenis tumbuhan dan hewan dimakan ikan ini. Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan ini menggunakan alat jaring, bubu, jala dan empang.Menu masakan ikan ini yang paling popular adalah panggang dan goreng. Ikan bernilai ekonomi sebagai ikan konsumsi dan juga ikan hias. Ikan ini termasuk ikan konsumsi. Namun dari morfologinya, ikan ini berpotensi dijadikan sebagai ikan hias. Penelitian aspek biologi ikan ini masih sangat jarang. Ikan ini berpotensi dikembangkan menjadi komoditi budidaya. 

Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto. 


Lais timah (Kryptopterus apogon)

 

Secara taksonomi, ikan lais timah termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Siluriformes, Family Siluridae, Genus Kryptopterus,  Spesies Kryptopterus apogon. Ikan ini memiliki sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Sirip anal memanjang dari belakang anus sampai ke pangkal ekor. Bentuk kepala ikan lebih lancip. Bentuk ekor cagak simetris. Warna badan putih keperak-perakan. Memiliki sungut pendek. Ukuran ikan ini cukup besar dapat mencapai 5 kg per ekor. Habitat utama ikan lais timah di sungai-sungai besar. Penyebaran ikan lais timah yakni di pulau Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan karnivora atau pemakan daging.  Berkembangbiak dengan cara bertelur.  Penangkapan ikan ini menggunakan alat pancing dan jaring. Menu masakan ikan ini beragam: brengkes, pepes, bakar, goring, sup ikan. Ikan ini sangat disukai masyarakat, warna dah daging putih, Selain dikonsumsi dalam bentuk segar ikan lais timah juga sering diawetkan dengan proses pengasapan menjadi  ikan lais asap. Ikan lais timah salah satu jenis ikan air tawar yang bernilai tinggi. Harga ikan ini dapat mencapai Rp. 120.000 per kg. Permintaan terhadap ikan lais timah cukup tinggi. Ikan ini memiliki prospek dikembangkan menjadi komoditi budidaya. Harganya mahal, banyak konsumen yang suka. Penelitian biologi dasar ikan ini masih sangat minim. Perlu penelitian lebih banyak lagi, dan ikan lais timah sangat perlu didomestikasikan.

 Pustaka:

Muslim, M., Heltonika, B., Sahusilawane, H.A., Wardani, W.W., & Rifai, R. (2020). Ikan lokal perairan tawar indonesia yang prospektif dibudidayakan. Pena Persada. Purwokerto.