Rabu, 13 Mei 2020

Kebarau/Sebarau (Hampala sp)

Ikan kebarau memiliki sirip punggung, sirip ekor, sirip dada, sirip perut, dan sirip anal. Sirip dada dan sirip perut sepasang kanan-kiri. Tubuh berwarna putih silver, ditutupi sisik. Pada bagian tengah badan terdapat bintik berwarna hitam. Bentuk ekor bercagak. Ikan ini sepintas mirip dengan ikan jelawat. Namun secara morfologi jika diperhatikan secara saksama, ikan kebarau dengan ikan jelawat berbeda dan secara taksonomi juga berbeda. Bobot ikan jelawat lebih besar dibandingkan ikan kebarau. Bobot ikan jelawat dapat mencapai 5 kg per ekor, sedangkan ikan kebarau lebih kecil dibawah 2 kg per ekor. Ikan kebarau dapat melompat dengan tinggi. Ikan kebarau ditemukan di sungai-sungai dan rawa banjiran yang terubung dengan sungai. Penyebaran ikan ini di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ikan ini termasuk tipe ikan omnivora, dapat memakan jenis tumbuhan dan juga hewan.  Ikan ini bereproduksi dengan cara bertelur. Ikan ini banyak ditangkap nelayan dengan menggunakan alat tangkap tradisional seperti pancing, rawai, jaring, empang, tuguk, langsatan, empang lulung, dan sebagainya. Memancing ikan ini dapat menggunakan umpan cacing dan daun ubi. Menu masakan ikan kebarau yang populer antara lain ikan kebarau bakar dan ikan kebarau goreng.  Daging ikan kebarau banyak mengandung tulang-tulang halus. Selain dikonsumsi segar, ikan ini juga sering diawetkan menjadi ikan asin, ikan asap dan juga dibuat pekasam/bekasam. Pekasam ikan kebarau sangat populer. Jika dibuat pekasam, tulang halus dan juga tulang kasarnya menjadi lembut dan hancur.  Ikan ini memiliki prospek  dikembangkan sebagai komoditi budiaya, mengingat ikan ini banyak disukai masyarakat dan harganya cukup tinggi. Ikan ini juga berpeluang dijadikan sebagai ikan hias.

Pustaka:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar