Pustaka/Referensi terkait:
Secara taksonomi, ikan punting anyut
termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family
Cyprinidae, Genus Balantiocheilos, Spesies Balantiocheilos
melanopterus.
Pustaka:
Secara taksonomi, udang galah termasuk Phylum Arthropoda, Kelas Krustase, Ordo Decapoda, Family Paleamonidae, Genus Macrobarchium, Spesies Macrobarchium rosenbergii. Udang galah jantan dicirikan dengan galahnya (japit) yang besar dan kuat, berwarna biru tua. Udang galah dikenal juga dengan sebutan udang satang. Udang ini memiliki jepit yang besar. Udang ini merupakan jenis udang air tawar yang terbesar ditemukan di perairan air tawar. Ukuran udang galah dapat mencapai 200 gram per ekor. Habitat udang galah adalah di air tawar dan air payau (asin). Pada fase remaja dan dewasa hidup di air tawar, memasuki fase pemijahan bermigrasi ke air payau. Larva dan juvenile udang galah hidup di air payau. Penyebaran udang galah meliputi pulau Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Udang ini pemakan tumbuham dan hewan (omnivora). Udang galah bereproduksi dengan cara bertelur. Udang ini bertelur di air asin (payau). Udang jantan dicirikan dengan capit/satang/galahnya yang besar dan kuat. Penangkapan udang galah menggunakan alat perangkap udang berupa sengirai (bengkirai), bubu, tuguk, empang dan sebagainya. Penangkapan udang galah menggunakan sengirai dan bubu menggunakan umpan untuk menarik udang supaya masuk alat tangkap. Umpan yang digunakan berupa potongan kelapa yang sudah dibakar dijepit dengan bilah bambu di dalam sengirai atau bubu. Udang galah dapat dimasak menjadi berbagai menu masakan, baik masakan tradisional Indonesia maupun menu masakan internasional. Selain diolah menjadi menu masakan lauk pauk, udang galah juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti nugget, kerupuk, dan sebagainya. Udang galah bernilai ekonomi tinggi. Selain dikonsumsi dalam negeri, udang ini juga diekspor. Harga udang galah yang dijual dalam negeri berkisar Rp. 150.000-250.000 per kg. Penelitian mengenai udang ini sudah banyak dilakukan. Pengembangan budidaya juga sudah dilakukan. Di Indonesia, ada lembaga pemerintah bertugas khusus pengembangan budidaya udang ini, yakni Balai Budidaya Udang Galah (BBUG)Udang ini sangat prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya. Teknologi pembenihan dan pembesaran udang ini sudah ada.
Pustaka:
Secara taksonomi, ikan toman termasuk
Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Channidae,
Genus Channa, Spesies Channa micropeltes.
Pustaka:
Secara taksonomi, ikan semah termasuk
Phylum Chordata, Kelas Ostariophysi, Ordo Cypriformes, Family Cyprinidae, Genus
Tor,
Spesies Tor sp.
Pustaka:
Secara taksonomi, ikan botia termasuk Phylum Chordata, Kelas Osteichthyes, Ordo Teleostei, Family Cobitidae, Genus Chromobatia, Spesies Chromobatia macracanthus.. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Warna tubuh kuning dan hitam. Ikan ini tidak memiliki sisik. Bentuk mulut lancip. Warna tubuh kuning dan hitam. Pada bagian mulut terdapat sungut pendek. Ikan botia adalah salah satu jenis ikan hias air tawar endemik Indonesia. Penyebaran ikan ini di Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan botia di alam, menggunakan alat khusus yang disebut "berumbung". Ikan ini hanya dapat ditangkap pada musim-musim tertentu. Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Ikan botia memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai ikan hias ekspor. Perdagangan ikan hias ini sudah lama berlangsung. Peredaran ikan hias asli Indonesia ini sampai ke benua Amerika, Eropa, Australia dan Asia Timur. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan ini juga sangat penting dilakukan.
Pustaka:
Ikan
ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.
Pustaka:
Secara taksonomi, ikan lais termasuk Phylum Chordata, Kelas Pisces, Ordo Ostariophysi, Subordo Siluroidea, Family Siluroidae, Genus Kryptopterus, Spesies Kryptopterus palembangensis. Ikan ini tidak bersisik. Ikan ini tidak memiliki sirip punggung dan sirip perut. Sirip anus panjang dari belakang anus sampai sirip ekor. Ikan ini memiliki sungut sepasang. Ekor berbentuk cagak. Sirip dada memiliki satu duri agak keras tapi tidak bermodifikasi menjadi patil. Ikan ini tidak memiliki sisik. Warna tubuh putih keperak-peraan. Memiliki gurat sisi sepanjang badan. Ukuran ikan ini sedang tidak sebesar ikan lais timah. Habitat utama ikan ini adalah sungai-sungai dan rawa banjiran. Dari nama ilmiah ikan ini, menunjukan bahwa ikan lais yang satu ini jenis ikan lais endemik Palembang. Kata Palembangensis diambil dari daerah habitat ikan ini berada yakni di perairan umum dalam wilayah Sumatera Selatan. Ikan ini banyak ditemukan di Sungai Musi dan rawa banjirannnya. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Alat tangkap ikan ini umumnya menggunakan pancing, jaring, empang dan tangkul. Mancing ikan lais umumnya pada sore dan malam hari, hal ini mengindikasikan bahwa ikan lais aktif pada suasana gelap (nocturnal). Mancing lais umumnya menggunakan umpan berupa cacing, kucur dan telur semut kerangga.Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp. 40.000-60.000 per kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan ini juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.
Pustaka:
Secara taksonomi, ikan aro termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Cyprinidae, Genus Osteochilus, Spesies Osteochilus melanopleurus. Ikan ini berbentuk lebar. Warna tubuh hitam kekuning-kuningan. Memiliki sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Tubuh tertutupi sisik, kecuali bagian kepala. Seluruh sirip berjari-jari lunak, tidak ada yang berjari-jari keras. Di bagian kepala terdapat tutup insang, mata, lubang hidung, sungut pendek. Bentuk ekor cagak. Tipe mulut terminal. Ukuran ikan aro dapat mencapai 1000 gram per ekor. Habitat utama ikan ini adalah di sungai-sungai besar. Ikan ini tersebar di Kalimantan dan Sumatera. Di Sumatera, ikan ini ditemukan di Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Ikan bersifat herbivora yang cenderung omnivora. Jenis tumbuhan dan hewan dimakan ikan ini. Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan ini menggunakan alat jaring, bubu, jala dan empang.Menu masakan ikan ini yang paling popular adalah panggang dan goreng. Ikan bernilai ekonomi sebagai ikan konsumsi dan juga ikan hias. Ikan ini termasuk ikan konsumsi. Namun dari morfologinya, ikan ini berpotensi dijadikan sebagai ikan hias. Penelitian aspek biologi ikan ini masih sangat jarang. Ikan ini berpotensi dikembangkan menjadi komoditi budidaya.
Pustaka:
Pustaka: