Selasa, 15 Desember 2020
Ikan Lalawak
Rabu, 02 Desember 2020
Sihitam (Labeo chrysophekadion)
Pustaka:
Jumat, 13 November 2020
Kamis, 12 November 2020
Balashark (Balantiocheilos melanopterus)
Secara taksonomi, ikan punting anyut
termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family
Cyprinidae, Genus Balantiocheilos, Spesies Balantiocheilos
melanopterus.
Pustaka:
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
Secara taksonomi, udang galah termasuk Phylum Arthropoda, Kelas Krustase, Ordo Decapoda, Family Paleamonidae, Genus Macrobarchium, Spesies Macrobarchium rosenbergii. Udang galah jantan dicirikan dengan galahnya (japit) yang besar dan kuat, berwarna biru tua. Udang galah dikenal juga dengan sebutan udang satang. Udang ini memiliki jepit yang besar. Udang ini merupakan jenis udang air tawar yang terbesar ditemukan di perairan air tawar. Ukuran udang galah dapat mencapai 200 gram per ekor. Habitat udang galah adalah di air tawar dan air payau (asin). Pada fase remaja dan dewasa hidup di air tawar, memasuki fase pemijahan bermigrasi ke air payau. Larva dan juvenile udang galah hidup di air payau. Penyebaran udang galah meliputi pulau Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Udang ini pemakan tumbuham dan hewan (omnivora). Udang galah bereproduksi dengan cara bertelur. Udang ini bertelur di air asin (payau). Udang jantan dicirikan dengan capit/satang/galahnya yang besar dan kuat. Penangkapan udang galah menggunakan alat perangkap udang berupa sengirai (bengkirai), bubu, tuguk, empang dan sebagainya. Penangkapan udang galah menggunakan sengirai dan bubu menggunakan umpan untuk menarik udang supaya masuk alat tangkap. Umpan yang digunakan berupa potongan kelapa yang sudah dibakar dijepit dengan bilah bambu di dalam sengirai atau bubu. Udang galah dapat dimasak menjadi berbagai menu masakan, baik masakan tradisional Indonesia maupun menu masakan internasional. Selain diolah menjadi menu masakan lauk pauk, udang galah juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti nugget, kerupuk, dan sebagainya. Udang galah bernilai ekonomi tinggi. Selain dikonsumsi dalam negeri, udang ini juga diekspor. Harga udang galah yang dijual dalam negeri berkisar Rp. 150.000-250.000 per kg. Penelitian mengenai udang ini sudah banyak dilakukan. Pengembangan budidaya juga sudah dilakukan. Di Indonesia, ada lembaga pemerintah bertugas khusus pengembangan budidaya udang ini, yakni Balai Budidaya Udang Galah (BBUG)Udang ini sangat prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya. Teknologi pembenihan dan pembesaran udang ini sudah ada.
Pustaka:
Toman (Channa micropeltes)
Secara taksonomi, ikan toman termasuk
Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Channidae,
Genus Channa, Spesies Channa micropeltes.
Pustaka:
Semah (Tor sp)
Secara taksonomi, ikan semah termasuk
Phylum Chordata, Kelas Ostariophysi, Ordo Cypriformes, Family Cyprinidae, Genus
Tor,
Spesies Tor sp.
Pustaka:
Botia (Chromobotia macracanthus)
Secara taksonomi, ikan botia termasuk Phylum Chordata, Kelas Osteichthyes, Ordo Teleostei, Family Cobitidae, Genus Chromobatia, Spesies Chromobatia macracanthus.. Memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Warna tubuh kuning dan hitam. Ikan ini tidak memiliki sisik. Bentuk mulut lancip. Warna tubuh kuning dan hitam. Pada bagian mulut terdapat sungut pendek. Ikan botia adalah salah satu jenis ikan hias air tawar endemik Indonesia. Penyebaran ikan ini di Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan botia di alam, menggunakan alat khusus yang disebut "berumbung". Ikan ini hanya dapat ditangkap pada musim-musim tertentu. Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Ikan botia memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai ikan hias ekspor. Perdagangan ikan hias ini sudah lama berlangsung. Peredaran ikan hias asli Indonesia ini sampai ke benua Amerika, Eropa, Australia dan Asia Timur. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan ini juga sangat penting dilakukan.
Pustaka:
Ikan
ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.
Berengit (Mystus sp)
Pustaka:
Rabu, 11 November 2020
Minggu, 08 November 2020
Senin, 02 November 2020
Lais Palembang (Kryptopterus palembangensis)
Secara taksonomi, ikan lais termasuk Phylum Chordata, Kelas Pisces, Ordo Ostariophysi, Subordo Siluroidea, Family Siluroidae, Genus Kryptopterus, Spesies Kryptopterus palembangensis. Ikan ini tidak bersisik. Ikan ini tidak memiliki sirip punggung dan sirip perut. Sirip anus panjang dari belakang anus sampai sirip ekor. Ikan ini memiliki sungut sepasang. Ekor berbentuk cagak. Sirip dada memiliki satu duri agak keras tapi tidak bermodifikasi menjadi patil. Ikan ini tidak memiliki sisik. Warna tubuh putih keperak-peraan. Memiliki gurat sisi sepanjang badan. Ukuran ikan ini sedang tidak sebesar ikan lais timah. Habitat utama ikan ini adalah sungai-sungai dan rawa banjiran. Dari nama ilmiah ikan ini, menunjukan bahwa ikan lais yang satu ini jenis ikan lais endemik Palembang. Kata Palembangensis diambil dari daerah habitat ikan ini berada yakni di perairan umum dalam wilayah Sumatera Selatan. Ikan ini banyak ditemukan di Sungai Musi dan rawa banjirannnya. Ikan ini termasuk jenis ikan pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora). Alat tangkap ikan ini umumnya menggunakan pancing, jaring, empang dan tangkul. Mancing ikan lais umumnya pada sore dan malam hari, hal ini mengindikasikan bahwa ikan lais aktif pada suasana gelap (nocturnal). Mancing lais umumnya menggunakan umpan berupa cacing, kucur dan telur semut kerangga.Ikan ini memiliki daya tarik sebagai ikan hias, terutama bentuk tubuh dan warnanya. Saat ini, ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dengan harga berkisar Rp. 40.000-60.000 per kg. Penelitian dasar mengenai aspek biologi dan ekologi ikan ini masih sangat jarang, sehingga masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut, upaya penjinakan dan pembudidayaan ikan ini juga sangat penting dilakukan. Ikan ini prospektif dikembangkan menjadi komoditi budidaya sebagai ikan hias.
Pustaka:
Aro (Osteochilus melanopleurus)
Secara taksonomi, ikan aro termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Cyprinidae, Genus Osteochilus, Spesies Osteochilus melanopleurus. Ikan ini berbentuk lebar. Warna tubuh hitam kekuning-kuningan. Memiliki sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Tubuh tertutupi sisik, kecuali bagian kepala. Seluruh sirip berjari-jari lunak, tidak ada yang berjari-jari keras. Di bagian kepala terdapat tutup insang, mata, lubang hidung, sungut pendek. Bentuk ekor cagak. Tipe mulut terminal. Ukuran ikan aro dapat mencapai 1000 gram per ekor. Habitat utama ikan ini adalah di sungai-sungai besar. Ikan ini tersebar di Kalimantan dan Sumatera. Di Sumatera, ikan ini ditemukan di Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Ikan bersifat herbivora yang cenderung omnivora. Jenis tumbuhan dan hewan dimakan ikan ini. Ikan ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Penangkapan ikan ini menggunakan alat jaring, bubu, jala dan empang.Menu masakan ikan ini yang paling popular adalah panggang dan goreng. Ikan bernilai ekonomi sebagai ikan konsumsi dan juga ikan hias. Ikan ini termasuk ikan konsumsi. Namun dari morfologinya, ikan ini berpotensi dijadikan sebagai ikan hias. Penelitian aspek biologi ikan ini masih sangat jarang. Ikan ini berpotensi dikembangkan menjadi komoditi budidaya.
Pustaka:
Lais timah (Kryptopterus apogon)
Pustaka:
Kamis, 29 Oktober 2020
Beda Ikan Sepat Jantan dan Betina
Rabu, 28 Oktober 2020
Kamis, 08 Oktober 2020
Tapah rawa (Wallago attu)
Secara taksonomi, ikan tapah rawa
termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Siluriformes, Family
Siluridae, Genus Wallago, Spesies Wallago
attu.
Pustaka:
Senggaringan (Mystus negriceps)
Secara taksonomi, ikan senggaringan (ingir-ingir) termasuk Phylum Chordata, Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi, Family Bagridae, Genus Mystus, Spesies Mystus negriceps. Ikan senggaringan memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Sirip punggung memiliki duri keras. Duri keras pada siri dada ikan senggaringan bermodifikasi menjadi patil. Ikan ini sangat mirip dengan ikan baung, yang memebdakannya adalah memiliki sirip lemak (adipose fin) yang panjang dari belakang sirip punggung hingga pangkal ekor. Memiliki sungut yang panjang. Ikan ini tidak bersisik. Ikan baung hidup di perairan tawar. Habitat utama ikan senggaringan adalah di sungai. Penyebaran ikan ini di Indonesia meliputi Pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ikan senggaringan termasuk ikan pemakan daging (karnivora). Namun dalam pemeliharaan ikan senggaringan dapat menerima pakan buatan (pellet). Ikan senggaringan bereproduksi dengan cara bertelur. Penangkapan ikan senggaringan menggunakan alat tangkap berupa pancing, tajur (pancing yang diberi gagang bamboo dipasang secara satu per satu), rawai (pancing yang diberi tali memancang, banyak mata pancing, dipasang di tepi sungai), pengilar (alat perangkap), kerung (perangkap ikan dari jarring nilon yang di pasang di tepi sungai), empang (alat perangkap ikan terbuat dari bilah bambu, dipasang di muara/tepi sungai), tebat (alat perangkap ikan yang dipasang melintang sungai), tuguk (alat perangkap ikan seperti tebat tapi ukuran tuguk lebih besar di pasang pada sungai yang lebih besar) dan sebagainya. Penangkapan ikan senggaringan menggunakan umpan ikan hidup berupa anak-anak ikan kecil. Ikan ini sangat cocok dimasak menjadi menu pindang (menu masakan berkuah seperti sup ikan), asam pedas, pindang tempoyak (tempoyak, daging durian yang difermentasi), gulai kuah kuning, brengkes (pepes ikan), goreng dan panggang (dibakar dengan bara api), salin itu juga dibuat sebagai ikan salai/asap. Ikan senggaringan merupakan salah satu jenis ikan bernilai ekonomi tinggi di Sumatera Selatan, Jambi dan Riau. Harga ikan senggaringan berkisar Rp. 50.000-80.000 per kg. Penelitian dasar ikan senggaringan sudah banyak dilakukan. Penelitian pengembangbiakan ikan ini juga sudah banyak dilakukan. Penelitian lebih lanjut mengenai teknis peningkatan produksi benih masih sangat diperlukan. Penelitian aspek pembesaran ikan senggaringan juga masih sangat diperlukan. Ikan ini memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi komoditi budidaya.
Pustaka:
Rabu, 09 September 2020
Lais ompok (Ompok sp)
Secara taksonomi, ikan lais ompok termasuk Phylum Chordata, Kelas Actinoprygii, Ordo Siluriformes., Family Siluridae, Genus Ompok, Spesies Ompok sp. Ikan lais ompok memiliki sirip punggung, sirip perut, sirip dada, sirip anal dan sirip ekor. Sirip anal paling panjang, memanjang dari belakang anus sampai pangkal sirip ekor. Sirip punggung ikan ini sangat kecil. Ikan ini tidak bersisik. Memiliki sungut. Bentuk ekor cagak simetris. Habitat ikan lais ompok adalah sungai. Penyebaran ikan lais ompok meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan. Di Sumatera ikan lais ompok ditemukan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Lampung. Ikan ini termasuk jenis ikan omnivora. Jenis makanannya berupa tumbuhan dan hewan. Ikan ini bereproduksi dengan cara bertelur. Penelitian dasar ikan lais ompok masih sangat minim. Penellitian aspek bioekologi dan upaya domestikasi perlu dilakukan. Ikan lais ompok sampai saat ini belum dibudidayakan. Produksi ikan lais ompok masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Ikan ini prospektif dibudidayakan.
Pustaka:
Rabu, 12 Agustus 2020
Juara (Pangasius polyuranodon)
Pustaka:
Kamis, 06 Agustus 2020
Jelawat/Kelemak (Leptobarbus hoevenii)
Bentuk tubuh ikan ini memanjang. Tubuh berwarna putih
ditutupi sisik. Ikan ini memiliki sirip punggung, sirip dada, sirip perut,
sirip anal dan sirip ekor. Semua sirip pada bagian ujungnya berwana merah dan
hitam. Pada bagian mulut terdapat sungut pendek. Ukuran bobot ikan ini dapat
mencapai lebih 2 kg per ekor. Habitat utama ikan jelawat adalah
sungai dan rawa yang terhubung dengan sungai. Penyebaran ikan jelawat meliputi
pulau Sumatera dan Kalimantan. Alat tangkap ikan ini berupa jaring, jala,
pancing dan alat perangkap. Memancing ikan jelawat dapat menggunakan umpan
buatan. Menu masakan ikan jelawat antara lain ikan jelawat bakar, kua
kuning, dan goreng. Ikan ini juga dapat diawetkan menjadi ikan asap, ikan
asin, pekasam. Ikan jelawat sangat disukai masyarakat karena
tekstur daginggnya yang lembut dan berwarna putih tidak
berlemak. Penelitian dasar tentang ikan ini sudah banyak dilakukan.
Aspek pembenihan ikan ini juga sudah banyak diteliti. Penelitian aspek
pembesaran, efisiensi pakan, kesehatan dan peningkatan produktifitas pembenihan
masih sangat diperlukan. Ikan ini memiliki prospek untuk dikembangkan.
Konsumen ikan ini tersebar luas di Sumatera, Kalimantan dan Jawa.
Selasa, 04 Agustus 2020
Jalai (Channa maruliodes)
Pustaka:
Bujuk (Channa lucius)
Pustaka: